Berbeda dengan ciuman pertama mereka, kali ini Eun Seol tak memukul Ji
Heon. Walaupun pada akhirnya ia memang menjauhkan diri dari Ji Heon
(setelah beberapa saat) tapi jelas sekali kalau ia terpengaruh oleh
ciuman itu.
Dan Ji Heon melihatnya. Dengan tersenyum ia bertanya kalau kali ini ia
seperti laki-laki, bukan? Eun Seol tak dapat memastikannya. Jadi Ji Heon
menawarkan untuk melakukannya sekali lagi. Ji Heon kemudian mencodongkan tubuhnya untuk mencium Eun Seol lagi.
Kali ini akal sehat Eun Seol sudah kembali, dan ia mendorong dahi Ji
Heon dengan telunjuknya. Tak sesederhana itu. Tapi menurut Ji Heon,
sangat sederhana kalau Eun Seol mau mengakuinya. Ia memindahkan tangan
Eun Seol dari kepalanya dan menaruh ke pergelangan tangan Eun Seol yang
satunya, memintanya untuk memeriksa denyut nadinya.
Hasilnya sesuai dengan harapan Ji Heon. Tapi Eun Seol belum mau
mengakui. Lalu mengapa jika denyut nadinya menjadi sangat cepat? Ia tak
dapat berkata lebih jujur daripada sekarang, tapi saat ini di kepalanya
seperti dihantam topan badai. Ji Heon pun mengatakan kalau kali ini
sudah cukup, karena masih ada hari esok dan masa yang akan datang. Selama ini ia tak pernah bersabar, tapi demi Eun Seol ia akan menggunakan seluruh kesabarannya dan menunggu.
Eun Seol menempelkan telunjuknya lagi pada dahinya, dan kesempatan itu
digunakan JI Heon untuk meraih tangan Eun Seol dan mencium tangannya.
Setelah itu ia pergi dengan gembira.
Sepanjang jalan pulang, ia mendendangkan lagu Stevie Wonder, “Isn’t she
lovely.. Isn’t she lovely..” Di depan rumah, ia bertemu dengan pengawal,
dan tanpa diduga-duga, ia berjabat tangan dengan mereka tanpa
membersihkan tangannya dengan sanitizer. Bahkan memeluknya!
Orang dapat berubah karena cinta? Ji Heonlah buktinya.
Di rumah, ayah Ji Heon dan ibu Moo Won sedang makan malam bersama nenek.
Walaupun mereka selalu bertengkar, namun saat nenek tak ada, mereka
merasa seperti satu kubu saat membicarakan kedua putra mereka yang
sekarang dikhawatirkan oleh mereka.
Ibu Moo Won yang baru sekarang mengkhawatirkan Moo Won merasa simpati pada ayah Ji Heon karena perasaan itu selalu dirasakan ayah Ji Heon sejak dulu. Ibu Moo Won memberikan makanan pada ayah Ji Heon (sebagai tanda dukungan dan semangat padanya) dan ayah Ji Heon pun membalas kebaikan ibu Moo Won dengan memberikan makanan juga pada ayah Ji Heon.
Ibu Moo Won yang baru sekarang mengkhawatirkan Moo Won merasa simpati pada ayah Ji Heon karena perasaan itu selalu dirasakan ayah Ji Heon sejak dulu. Ibu Moo Won memberikan makanan pada ayah Ji Heon (sebagai tanda dukungan dan semangat padanya) dan ayah Ji Heon pun membalas kebaikan ibu Moo Won dengan memberikan makanan juga pada ayah Ji Heon.
Pemandangan itu tak luput dari Ji Heon yang baru saja pulang ke rumah.
Ia menyapa ibu Moo Won dengan riang dan memuji ibu Moo Won yang tampak
cantik hari ini, dan tidak terima kasih, ia sudah makan malam di luar.
Pernyataan itu membuat ayah Ji Heon waspada dan menebak kalau ia bertemu
dengan Eun Seol. Ji Heon terkejut, bagaimana ayah bisa mengetahuinya?
Ayahpun marah mendengar tebakannya yang benar iapun mengejar Ji Heon dan
meninggalkan ibu Moo Won. Entah Ibu Moo Won harus senang atau marah
mendengar Moo Won kalah oleh Ji Heon. Apa ada yang salah dengan mata Eun
Seol?
Na Yoon mencurahkan kekhawatirannya pada Moo Won. Apa ia sekarang sudah
gila? Mengapa ia harus ikut campur dengan masalah Eun Seol dan ibunya?
Bagaimana ia harus pulang sekarang? Ibunya pasti akan membunuhnya.
Moo Won seperti tak mendengar ocehan Na Yoon. Mendengar nama Eun Seol,
ia malah menyuruh Na Yoon untuk pulang atau pergi ke rumah temannya yang
lain. Hendak kemana Moo Won?
Tentu saja pergi ke rumah Eun Seol.
Eun Seol teringat pada kata-kata Moo Won hari ini. Ia merasa menyesal
pada Moo Won juga pada Ji Heon. Ia juga menyesal tak dapat memenuhi
permintaan Presdir Cha. Jika saja hatinya bisa yakin 100% berpihak pada
siapa, tentu hal itu jauh lebih baik. Dan Myung Ran, sebagai sahabatnya
memberi nasihat yang sangat efisien.
“Tentu saja hatimu akan seperti itu. Kan hati itu itu memiliki 2 ruang.. err.. atau 4 ruang? Jadi bagaimana mungkin hatimu berpihak pada satu orang?” |
LOL, berarti masih tersisa 2 orang lagi yang bisa disukai oleh Eun Seol?
Eun Seol berterima kasih atas usaha Myung Ran menghiburnya. Ia hanya
berharap kalau ia dapat memutar waktu sekali lagi. Apakah ia menyesal
sekarang, tidak. Tapi saat nadinya berdenyut sangat cepat, akal sehatnya
juga kembali. Ia telah berjanji pada Presdir Cha dan sesuka-sukanya ia
dengan uang, ia tak suka pada lingkungan sosialita mereka yang selalu
menemuinya bahkan saat ia tak berpacaran dengan kedua putra mereka. Ia
tak mau selalu beradu mulut dengan mereka. Myung Ran pun menyarankan
agar mencuci mulutnya agar akal sehatnya dapat kembali dengan sempurna.
Eun Seol mendesah mendengar saran Myung Ran (yang juga aneh), karena jika saja ia dapat melakukannya semudah itu.
Perbincangan mereka terhenti karena Moo Won meneleponnya dan memintanya
untuk bertemu. Moo Won bermaksud untuk meminta maaf atas nama ibunya.
Melihat Eun Seol tetap gundah, ia menebak apakah Ji Heon juga
mengganggunya? Karena jika benar, ia akan memperingatkan Ji Heon pula
agar memberi jarak pada Eun Seol.
Eun Seol memintanya tak melakukan itu karena jika tidak ia akan memperingatkan Moo Won juga. Moo Won tertawa karena kali ini ia yang diancam oleh Eun Seol. Iapun meminta Eun Seol untuk kembali dan tidur nyenyak.
Eun Seol memintanya tak melakukan itu karena jika tidak ia akan memperingatkan Moo Won juga. Moo Won tertawa karena kali ini ia yang diancam oleh Eun Seol. Iapun meminta Eun Seol untuk kembali dan tidur nyenyak.
Sementara itu Na Yoon mengendap-endap masuk ke rumah. Namun ibunya
memergokinya dan langsung memarahi Na Yoon yang sudah mempermalukannya
di depan ibu Moo Won. Apa tak cukup kalau ia tak hanya ditolak dengan Ji
Heon, tapi sekarang ia juga bergaul dan mabuk bersama dengan ‘gadis
itu’?
Hehe.. baru bergaul dengan Eun Seol sebentar saja, Na Yoon sudah pandai bicara.
Ibunya kesal dan meminta kunci mobilnya dan mengingatkan kalau mulai
sekarang Na Yoon akan dikawal kemanapun ia pergi. Na Yoon langsung
menolaknya, kalau ibu terus memaksa maka ia akan meninggalkan rumah. Ibu
tak percaya gertakan Na Yoon dan menyuruhnya pergi sekarang juga. Na
Yoon menjadi panas dengan gertakan balik ibu, ia pun pergi.
Ibu berteriak-teriak mengingatkan Na Yoon,
Ibu mengingatkan para pengawalnya agar tak melukai Na Yoon, tapi Na Yoon
berpikiran lain. Ia menggigit tangan salah satu pengawal itu dan
berhasil melepaskan diri. Iapun kabur dari rumah.
Namun masalah tak berakhir. Karena ibunya sudah memberitahu semua hotel
agar membertahukan keberadaanya jika ia sudah check in ke dalam hotel.
Dan itu tak memberikan banyak pilihan pada Na Yoon, bukan?
Ia tak berhasil menghubungi Ji Heon dan Moo Won. Jadi ia menghubungi
seseorang yang tak akan mematuhi perkataan ibunya. Yaitu ‘gadis itu’.
Di jalan, Eun Seol harus menjauhkan seorang pria dari Na Yoon yang hanya
berkata, “Aku bukan gadis seperti itu.” Ia langsung hendak memukul pria
itu, yang ternyata hanya ingin bertanya arah pada Na Yoon.
Eun Seol sontak meminta maaf pada pria itu. Ia kesal pada Na Yoon yang tak minta maaf, dan membuatnya ia harus meminta maaf. Dengan kalem Na Yoon menjawab,
“Aku sudah mau minta maaf, tapi kau sudah melakukannya. Tak perlu ada dua orang untuk meminta maaf kan?” |
Eun Seol kesal namun ia harus menelan kekesalannya lebih dalam karena Na
Yoon memutuskan, karena ia mendapat masalah karena Eun Seol, maka ia
akan menginap di rumah Eun Seol.
Di rumah Eun Seol, Na Yoon mengeluarkan barang belanjaan yang sempat ia
lakukan sebelum ibunya memblokir kartu kreditnya. Dan, khas dari Na
Yoon, ia mengeluarkan hasil belanja untuk perlengkapan melarikan
dirinya. Salah satunya adalah,
Myung Ran benar-benar melongo mendengar jawaban Na Yoon. Lalu, jika
memang Na Yoon ingin kabur, kenapa ia tak kabur ke rumah temannya saja?
Na Yoon diam, kemudian hanya menjawab, “Kamar mandinya dimana?”
Myung Ran kesal, namun juga kesal pada Eun Seol. Sebenarnya apa yang Eun Seol inginkan? Kenapa ia membawa gadis itu ke rumah padahala ia dan Ji Heon sudah berciuman?
“Apa? Kau menciumnya?!” Na Yoon tiba-tiba muncul kembali, membuat mereka berdua kaget.
Na Yoon pun menangis di kamar mandi, mengatai Ji Heon dan Eun Seol
jahat. Sambil menangis ia mengulurkan tangan pada air shower dan
mengeluh, kenapa airnya dingin? Sedetik kemudian, kenapa airnya menjadi
panas. Tangisnya pun kembali pecah.
Dramaqueen banget si Na Yoon.
Ibu Moo Won memberitahu Moo Won kalau Ji Heon dan Eun Seol melakukan
sesuatu malam ini. Moo Won mengatakan ia tak mengkawatirkan hal itu.
Hampir saja Ibu merasa senang dengan jawaban Moo Won jika saja Moo Won
tak melanjutkan kalau Eun Seol bukan tipe gadis yang gampangan.
Ibu kesal mendengar jawaban Moo Won, apalagi Moo Won mengatakan kalau ia
tak akan mengikuti jejak ibunya yang menikah tanpa cinta. Ibu menolak
dikatakan seperti itu. Dan ibu semakin kesal karena Moo Won berkata
kalau ia akan melakukan yang terbaik demi Eun Seol. Apa sih bagusnya Eun Seol? (Ia ceria) Tak pedulian! (Ia berpikiran luas) Gadis itu juga tidak cantik. Moo Won pun menjawab,
LOL. Moo Won tetap tahu menempatkan pujian untuk Eun Seol setelah pujian
untuk ibunya. Dan ibunya kesal karena tak dapat menjawab balik, dan
beranjak pergi namun ditahan oleh Moo Won yang bertanya, “Apa yang Ji
Heon dan Eun Seol lakukan malam ini?”
Ibu langsung menuduhnya berpikiran kotor dan bukan-bukan. He he..
Sementara itu Ji Heon mengeluarkan koran dan memandangi fotonya yang
berdampingan akrab dengan Moo Won. Ia menyentuh wajah Moo Won dan
bergumam, “Andai saja kita bisa sedekat ini..”
Di rumah Eun Seol, belum ada yang memejamkan mata walaupun sudah di atas
tempat tidur. Na Yoon meminta saran Eun Seol, apakah ia sekarang harus
melepaskan Ji Heon? Eun Seol tak dapat menjawabnya, karena di dalam
pikirannya ia memiliki banyak pertanyaan yang tak mampu ia jawab.
Na Yoon memahami perasaan Eun Seol karena dulu ia merasakannya. Ada dua
pria yang menyukainya, perasaan itu sangat menyenangkan walaupun
membingungkan. Eun Seol mengiyakan, dan perasaannya sekarang seperti
berenang ke dalam danau.
Tapi dramaqueen Na Yoon menyentak, lalu bagaimana dengan perasaannya sekarang? Rasanya seperti terjatuh dan tenggelam ke dasarnya. Karena sekaran dua orang itu membencinya. Eun Seol meminta maaf pada Na Yoon.
Tapi dramaqueen Na Yoon menyentak, lalu bagaimana dengan perasaannya sekarang? Rasanya seperti terjatuh dan tenggelam ke dasarnya. Karena sekaran dua orang itu membencinya. Eun Seol meminta maaf pada Na Yoon.
Secepat itu Na Yoon marah, secepat itu kemarahannya mereda. Karena Na
Yoon langsung berceloteh kalau ia dari dulu ingin melakukan hal seperti
ini, menginap di rumah teman. Walaupun sedikit sempit, tapi tak begitu
masalah. Ia menyamakan malam ini dengan malam sewaktu kecil dulu, saat
ia tidur di dalam tenda kecil.
Hal itu membuat Myung Ran kesal, karena Na Yoon menyamakan rumah mereka dengan tenda. Eun Seol buru-buru memberi isyarat agar Myung Ran tidur kembali.
Hal itu membuat Myung Ran kesal, karena Na Yoon menyamakan rumah mereka dengan tenda. Eun Seol buru-buru memberi isyarat agar Myung Ran tidur kembali.
Hmmhh… benar-benar hari yang panjang dan melelahkan bagi Eun Seol.
Keesokan harinya, Eun Seol pergi ke rumah Ji Heon untuk membangunkannya.
Ji Heon yang masih dalam romantic mood, membuka mata dan memeluk Eun
Seol untuk tidur kembali. Eun Seol mendorong Ji Heon namun badannya
malah tertarik dan jatuh ke atas Ji Heon.
Tepat dimana ayah Ji Heon masuk dan memergoki mereka.
Duduk di tengah kursi belakang sedan adalah tempat yang paling tak
nyaman, namun ayah Ji Heon (sambil menggerutu) merelakan dirinya duduk
di sana, memisahkan boss dan sekretaris yang juga tak nyaman akan
kehadiran ayahnya, dan jengah akan boss besar. Bahkan Ji Heon
berceletuk,
Di kantor, ayah bertanya pada Sekretaris Jang tentang persiapa posisi
baru Eun Seol. Sekretaris Jang dapat melihat kalau ayah Ji Heon tak
begitu suka dengan keputusannya ini. Dan ayahpun mengiyakan karena siapa
sih yang suka memindahkan wanita yang disuka anaknya dan memisahkan
mereka?
Aww… ayah Ji heon ini wajah Rambo berhati Rinto deh.. (wakaka.. masih
ada yang tau gak ya quote itu? Old school banget tuh quote-nya)
Ji Heon duduk di taman atas gedung dengan membawa dua botol minuman dan
dengan senyum di wajahnya ia menunggu Eun Seol. Tapi senyumnya itu
langsung lenyap saat Moo Won datang juga dengan membawa dua botol
minuman. Apa yang ingin Moo Won lakukan di sini?
Ternyata Eun Seol-lah yang memanggil mereka datang dan ingin memberikan
jawaban pada mereka berdua. Ia telah berpikir sepanjang malam dan
keputusannya adalah ia akan berkencan dengan pria biasa. Sementara Moo
Won langsung memahami apa yang dimaksud dengan Eun Seol, tapi tidak
dengan Ji Heon. Bagaimana dengan ucapan Eun Seol yang mengatakan ia
seperti tertanam dalam otaknya?
Eun Seol pun memiringkan kepalanya dan memukulnya beberapa kali, seperti mengeluarkan air dari telinga, dan berkata kalau ia baru saja mengeluarkan Ji Heon dari otaknya.
Bwahaha.. memang Ji Heon kotoran, bisa dikeluarkan dari kuping?
Eun Seol pun pergi meninggalkan mereka. Kedua sepupu itu kesal dan
saling menyalahkan satu sama lain. Eun Seol pun muncul untuk
menghentikan ‘perkelahian’ mereka.
Ternyata Ji Heon masih tetap tak mau menerima keputusan Eun Seol. Saat
melihat proses pengolahan kopi, Ji Heon mengatakan kalau ia akan
berpura-pura tak mendengar apa yang Eun Seol katakan di atas gedung
karena ia tahu perasaan Eun Seol yang sebenarnya. Eun Seol pura-pura tak
mendengarnya dan asyik mencium biji kopi yang digenggamnya.
Untuk membuktikan ucapannya, kali ini Ji Heon sudah bangun dan menata
rambutnya jauh lebih keren dari sebelumnya. Bukankah ia tampak seperti
laki-laki sekarang? Eun Seol tak mengatakan apapun, hanya mengatakan
kalau mereka sudah terlambat.
Dan hari-hari berikutnya mereka lalui dengan riset tentang kopi dan
perilaku konsumennya. Tapi Ji Heon tetap tak lupa akan perasaannya pada
Eun Seol. Ia mencoba mengungkit masalah itu dengan mengatakan ia
menyukai aktivitas mereka sekarang karena terasa seperti kencan.
Tapi Eun Seol mengabaikan kata-kata Ji Heon dan berbicara tentang
masalah yang dihadapi coffee shop mereka adalah masalah promosi. Ji Heon
pun menjawab kalau pikiran yang sudah tertanam di otak tak akan dengan
mudah dikeluarkan. Eun Seol menjawab balik kalau masalah lainnya adalah
masalah pelayanan.
Tak mau menyerah, Ji Heon mengajak Eun Seol pergi ke taman. Untuk apa?
Karena Eun Seol sudah mengakui perasaannya, sesuai janjinya dulu, ia
akan memberitahukan apa penyebab penyakitnya. Eun Seol membantah karena
ia sudah menarik perasaan sukanya, tapi ia akan mendengar Ji Heon karena
ia ingin membantu mengobati penyakit Ji Heon.
Sepertinya setelah makan malam terakhir dengan ibu Moo Won, membuat
perasaan Presdir Cha melunak terhadapnya. Berdasarkan laporan Manajer
Hwang, ia tak ingin menindak ibu Moo Won yang hendak menjatuhkannya,
karena ia tahu ibu Moo Won melakukan hal ini untuk Moo Won.
Presdir Cha juga menanyakan tentang hasil pemeriksaan kesehatan Ji Heon
dari rumah sakit pada Sekretaris Jang. Namun Sekretaris Jang belum
melakukan hal itu, dan membuat Presdir Cha meneriakinya karena
Sekretaris Jang lupa.
Ibu Moo Won datang ke kantor bersamaan dengan seorang pria. Dan
tiba-tiba ia teringat. Dari foto yang diberikan oleh Ibu Na Yoon, pria
di sampingnya ini adalah ayah Eun Seol. Dan ia pun terkejut sampai
menjatuhkan handphone yang ia pegang. Ayah Eun Seol yang melihat
handphone itu terjatuh mencoba mengejar ibu Moo Won untuk mengembalikan
handphone itu.
Ibu Moo Won pun ketakutan
karena pria itu mengejarnya. Ia buru-buru berlari ke dalam lift yang ada
Moo Won di dalamnya. Ia pun memeluk tangan Moo Won, mencari
perlindungan dari putranya.
Jika semua orang tua tak setuju akan hubungan Eun Seol dengan kedua
sepupu Cha itu, ternyata hal itu juga terjadi pada ayah Eun Seol. Ia
mendatangi kantor Eun Seol untuk bertemu
dengannya untuk mengutarakan pikirannya.
Tapi ia malah bertemu dengan calon besan satu, dan calon besan lainnya. Ia dibawa ke ruang Presdir Cha dan memberikan ketidaksetujuannya atas hubungan Eun Seol-JI Heon. Mengapa? Karena ia tak mau anaknya mempunyai mertua preman.
Tapi ia malah bertemu dengan calon besan satu, dan calon besan lainnya. Ia dibawa ke ruang Presdir Cha dan memberikan ketidaksetujuannya atas hubungan Eun Seol-JI Heon. Mengapa? Karena ia tak mau anaknya mempunyai mertua preman.
Presdir Cha tak terima, karena ia juga tak menyetujui jika pendamping JI
Heon adalah Eun Seol. Dan beraninya ayah Eun Seol pada dirinya, yang
telah memberi gaji pada Eun Seol. Tapi ayah Eun Seol membalas, apakah
Eun Seol makan gaji buta? Ia juga bekerja, bahkan setelah bekerja di
perusaahan ini, wajah Eun Seol semakin kurus seperti darahnya terhisap
keluar. Dan juga ia juga ikut andil dalam keberhasilan perusahaan DN,
karena ia juga membeli barang keluaran DN.
Ayah Eun Seol mengeluarkan saputangan produksi DN. Presdir Cha menyindir, apa hanya karena ayah Eun Seol membeli satu barang dan berarti ayah Eun Seol juga memberi makan dirinya? Ayah Eun Seol mengiyakan.
Ayah Eun Seol mengeluarkan saputangan produksi DN. Presdir Cha menyindir, apa hanya karena ayah Eun Seol membeli satu barang dan berarti ayah Eun Seol juga memberi makan dirinya? Ayah Eun Seol mengiyakan.
Ayah Eun Seol mengeluarkan handphone dan menjelaskan kalau seorang
wanita menjatuhkan handphone ini dan ia pun keluar meninggalkan Presdir
Cha. Presdir Cha menggumam kesal kalau tabiat Eun Seol ternyata mewarisi
tabiat ayahnya.
Namun pertemuan dengan ayah Eun Seol yang terasa seperti kesialan, seperti ada hikmahnya. Karena manajernya menelepon ibu Moo Won untuk melaporkan hasil pertemuannya dengan Presdir Cha tadi. Dan telepon itu sekarang sedang dipegang oleh Presdir Cha.
Presdir Cha hanya terdiam termangu mendengar kicauan Manajer yang melapor pada ‘ibu Moo Won’
Secara kebetulan, ayah Eun Seol bertemu dengan ibu Moo Won (lagi) yang
langsung panik menyembunyikan diri (lagi) di belakang Moo Won (lagi).
Ibu Moo Won langsung meracau kalau bagaimanapun juga ia tak akan
mengijinkan anaknya untuk menyukai Eun Seol? Ayah Eun Seol kaget karena
ada orang lain (lagi) yang juga menyukai putrinya.
Moo Won langsung menebak siapa pria di depannya ini dan menyapa sopan, “Saya Cha Moo Won. Sayalah yang menyukai putri Bapak.”
Moo Won langsung menebak siapa pria di depannya ini dan menyapa sopan, “Saya Cha Moo Won. Sayalah yang menyukai putri Bapak.”
Ibu Moo Won memukul putranya kesal. Dan bersamaan dengan itu Ji Heon dan Eun Seol tiba di TKP dan Ji Heon tak dapat menyembunyikan kegeliannya melihat ada paman aneh. Dan Eun Seol pun langsung mengenali ayahnya.
Di kantin kantor, ayah Eun Seol memberi ultimatum apa yang harus ia lakukan agar mereka berdua menjauhi putrinya?
Sementara itu ibu Na Yoon mengkhawatirkan putrinya karena Na Yoon tak
masuk kantor. Ia menduga putrinya sekarang berada di rumah ‘gadis itu’
Dan meluncurlah ibu Na Yoon ke sana.
Dimanakah Na Yoon sekarang? Sedang merawat wajahnya dengan masker
bersama Myung Ran. Hehe.. jadi semakin ‘akrab’ saja mereka berdua.
Dan pertemuan berikutnyapun terjadilah.
Eun Seol membawa ayahnya pulang dan menjeritkan kekesalannya. Mengapa
ayahnya ikut campur dengan masalah pribadinya. Bukankah dulu ayah pernah
mengatakan kalau ia ingin membuat anaknya mandiri? Lagipula perusahaan
itu adalah tempat kerjanya. Ayah Eun Seol meminta maaf.
Myung Ran dan Na Yoon keluar rumah dan menyapa ayah Eun Seol. Ayah Eun
Seol langsung memasang kuda-kuda melihat dua wanita bertopeng. Hehe..
Myung Ran langsung ‘mengidentifikasi dirinya’ sendiri. Ayah Eun Seol
kemudian melihat Na Yoon dan bertanya pada Eun Seol, apakah Na Yoon ini
adalah teman baru mereka?
Serentak Myung Ran dan Na Yoon menjawab tidak. Ayah sedikit bingung
dengan jawaban mereka, maka Eun Seol pun menjelaskan pada ayahya kalau
pertanyaan ayahnya kurang spesifik.
Ibu Na Yoon tiba-tiba muncul di halaman rumah Eun Seol, dan meneriaki Na
Yoon yang dianggapnya sudah gila karena mau tinggal di tempat seperti
itu. Na Yoon yang ketakutan, langsung berlari dan bersembunyi ke
belakang badan ayah Eun Seol.
Tangan ibu sudah mengacung ke atas, hendak memukul Na Yoon tapi pukulan itu tak terjadi karena ayah Eun Seol menahan tangan ibu dan berkata kalau ia tak tahu apa yang sedang terjadi, tapi orang tua seharusnya tak boleh memukul anaknya. Saking kagetnya, Ibu Na Yoon tak dapat mengatakan apapun karena ayah Eun Seol juga berkata, “Setidaknya, jaga sopan santun.”
Tangan ibu sudah mengacung ke atas, hendak memukul Na Yoon tapi pukulan itu tak terjadi karena ayah Eun Seol menahan tangan ibu dan berkata kalau ia tak tahu apa yang sedang terjadi, tapi orang tua seharusnya tak boleh memukul anaknya. Saking kagetnya, Ibu Na Yoon tak dapat mengatakan apapun karena ayah Eun Seol juga berkata, “Setidaknya, jaga sopan santun.”
Manajer yang jahat itu menemui Presdir Cha dan melaporkan tentang
pengamatannya pada seseorang yang belum ada hasilnya. Presdir Cha hanya
terdiam, lebih karena pengetahuannya tentang Manajer Hwang yang telah
berkhianat padanya. Saat Manajer itu pergi dan Sekretaris Jang datang,
ia berteriak kesal, membuat Sekretaris Jang buru-buru memberikan catatan
rekam medis Ji Heon.
Presdir Cha kemudian memohon Sekretaris Jang agar tidak berkhianat
padanya, karena jika ia pun berkhianat, ia akan kesepian sendiri.
Kasihan Presdir Cha. Sejak pagi hari, ia mengalami banyak goncangan. Dan
sekarang, goncangan itu datang lagi dalam bentuk rekam medis Ji Heon.
Saat membaca dokumen itu, ia baru menyadari kalau anaknya memiliki fobia
yang sangat akut.
Ia langsung pulang ke rumah mencari ibunya. Apakah ibu mengetahui hal
ini? Melihat raut wajah Nenek, Presdir Cha sadar kalau dirinyalah orang
yang terakhir mengetahuinya. Dan sekarang ia akan mengumpulkan ahli-ahli
terbaik di seluruh Korea untuk menyembuhkan putranya. Nenek mengatakan,
karena reaksi seperti inilah yang membuatnya tak mau memberitahukan
penyakit Ji Heon. Ia meminta aga Presdir Cha percaya pada Ji Heon,
karena sekarang Ji Heon sudah melakukan yang terbaik baginya.
Seorang anak tetap menjadi anak walaupun ia menjadi ayah. Presdir Cha pun hanya dapat menangis di pelukan ibunya.
Di rumah, Ji Heon teringat akan kata-kata ayah Eun Seol yang terakhir
dan berpikir keras. Sepertinya ia mendapatkan ide, karena ia pergi dan
bersamaan dengan itu Nenek mencari-cari sekotak besar vitamin herbal
yang baru saja ia beli. Terbiasa dengan barang-barangnya yang hilang, ia
menyadari siapa yang mengambil barang belanjanya kali ini.
Eun Seol melihat memo tentang pemberitahuan mutasinya. Ia mendesah,
ingin menghubungi Ji Heon, tapi diurungkan. Tapi seperti memiliki
feeling yang sama, ada yang memanggilnya,
Hehe.. panggilan sayang yang tak cute sama sekali.
Eun Seol segera membukakan pintu, bertanya apakah Ji Heon datang karena
sudah mendengar? Tapi Ji Heon tak tahu apa yang dibicarakan Eun Seol
karena ia datang karena ingin bertemu dan memberikan hadiah pada ayah
Eun Seol. Ia mengacungkan bungkusan yang dicari-cari oleh nenek.
Dan kedua pria itu pun berhadapan. Ji Heon mengangsurkan bingkisan pada
ayah Eun Seol dan tak lupa membungkuk hormat padanya. Tapi sambutan ayah
Eun Seol mencengangkan, karena ia mengacungkan tinjunya tepat di depan
wajah Ji Heon. Ji Heon langsung terjengkang kaget.
Dari reflek dan keberanian Ji Heon, ayah Eun Seol dapat menilai kalau Ji
Heon tak memenuhi standarnya. Ia juga melihat kalau Ji Heon sangatlah
lemah dan tak memiliki kemauan yang kuat. Dan yang paling penting adalah
ia tak menyukai ayah Ji Heon.
Ji Heon dan Eun Seol langsung membela Presdir Cha yang jika mengenal
lebih dekat, Presdir Cha adalah orang yang sangat baik. Tapi ayah tetap
tak setuju apalagi jika Ji Heon hendak menikahi Eun Seol, walaupun Myung
Ran mengatakan kalau ayah Ji Heon memiliki uang seribu kali lebih
banyak. Karena menurut ayah Eun Seol, sejak jaman dahulu laki-laki harus
memiliki pikiran dan kemauan yang kuat.
Tiba-tiba handphone Eun Seol berbunyi yang ternyata dari Presdir Cha
yang ingin bertemu dengan Eun Seol sekarang. Eun Seol pun pamit keluar
karena ada temannya, Bong Suk, ingin bertemu dengannya. Ji Heon pun
menjadi bingung karena ditinggal bertiga dengan ayah Eun Seol dan Myung
Ran.
Di taman, Presdir Cha meminta Eun Seol berkata dengan jujur tentang
penyakit Ji Heon. Eun Seol pun menceritakan apa yang sebelumnya Ji Heon
ceritakan di taman tadi siang. Ji Heon bercerita kalau waktu kecil,
ibunya pergi dari rumah dan dia pergi untuk mencarinya di taman.
Ji Heon: : “Kenapa aku merasa akan menemukan ibuku di sana? Kenapa aku pergi sejauh itu, aku tak ingat sama sekali. Setelah pergi sejauh itu untuk mencari ibuku, aku tak sadarikan diri." |
"Kakakku." |
Presdir Cha meminta Eun Seol untuk menghentikan ceritanya. Ia menangis,
mendengar apa yang sebenarnya terjadi pada putranya. Ia meminta pada Eun
Seol agar ia tetap bertahan di samping Ji Heon untuk melatih atau
apapun itu, yang dapat menyembuhkan JI Heon. Tapi Eun Seol menolaknya
karena ia telah berjanji untuk tak menerima perasaan Ji Heon.
Presdir Cha meminta agar masalah itu dibicarakan lain kali dan ia pun
meninggalkan Eun Seol. Cerita Eun Seol rupanya memukul perasaan Presdir
Cha.
Ketika Ji Heon pulang ke rumah, ia kaget setengah mati karena ayahnya ada di kamarnya sedang memeluk bonekanya.
Ji Heon kesal karena ayahnya selalu menyelinap masuk ke kamarnya. Dengan
menundukkan wajahnya, ayah berjanji lain kali tak akan melakukannya
lagi. Setelah keluar, Ji Heon memperhatikan kalau bonekanya sudah basah
kuyup, dan menduga ayahnya tidur dengan boneka itu dan ngiler.
No, honey, itu air mata ayah yang sedih memikirkan masalah putra kesayangannya yang baru ia ketahui sekarang.
Keesokan harinya Presdir Cha merencanakan untuk mengambil kembali saham
yang hendak dimiliki oleh ibu Moo Won. Ia berjanji tak akan membiarkan
siapapun yang akan membahayakan Ji Heon.
Sesuai permintaan Presdir Cha, Eun Seol membuat rencana untuk Ji Heon.
Karena tak sabar, ia menarik tangan JI heon agar berjalan lebih cepat
menuju kantornya.
Di ruangan Ji Heon, Eun Seol mengatakan rencananya seperti yang
dilakukan Undercover Boss, acara TV luar negeri yang menjadikan seorang
boss menjadi pegawai dan melihat apa yang dilakukan oleh pegawainya.
Ji Heon jelas menolaknya. Ia meminta Eun Seol untuk tergila-gila
padanya, bukan menjadi gila beneran. Tapi Eun Seol menjadikan ayahnya
sebagai alasan agar Ji Heon dapat menunjukkan siapa dirinya yang
sebenarnya pada ayahnya. Dan juga berada di sekitar orang banyak dan
melayani konsumen dapat menjadi terapi yang bagus untuk fobianya.
Akhirnya Ji Heon setuju, namun meminta kecupan semangat dari Eun Seol
yang hanya memberikan semangat dengan mendorong badan Ji Heon. Hehe..
tak ada salahnya mencoba, ya Ji Heon?
Namun melamar pekerjaan bukan hal yang mudah. Beberapa cabang
menolaknya, dengan alasan terlalu tua, pendidikan terlalu tinggi bahkan
ada yang menolak tanpa alasan.
Jadi jalan keluarnya adalah : nepotisme. Eun Seol meminta manajer coffee
shop yang mereka kenal dan memintanya untuk menerima Ji Heon sebagai
karyawannya. Dan iapun diterima.
Rupanya salah satu pegawai toko itu adalah penjaga stan Taman bermain
yang dulu menjaga Ji Heon saat Eun Seol bermain kora-kora. Dan penjaga
itu langsung mengenali JI Heon dan menyindirnya dimana babysitternya
sekarang? Ji Heon langsung membantah kalau Eun Seol adalah
babysitternya, tapi pegawai itu tak menggubrisnya.
Ibu Moo Won mengeluhkan tentang ibu Na Yoon yang hendak menarik semua dana untuk pembelian saham yang akan ditenderkan, dan menyalahkan Moo Won yang tak mau bersama dengan Na Yoon. Bahkan sekarang Na Yoon melakukan matseon (kencan yang diatur oleh orang tua). Hal itu langsung menarik perhatian Moo Won.
Ibu Moo Won mengeluhkan tentang ibu Na Yoon yang hendak menarik semua dana untuk pembelian saham yang akan ditenderkan, dan menyalahkan Moo Won yang tak mau bersama dengan Na Yoon. Bahkan sekarang Na Yoon melakukan matseon (kencan yang diatur oleh orang tua). Hal itu langsung menarik perhatian Moo Won.
Moo Won pun menemui Na Yoon untuk membujuk ibu Na Yoon agar ikut dalam
pendanaan pembelian saham DN. Tapi Na Yoon pun tak sanggup membujuk
ibunya, karena suaranya sedang tak diperhatikan oleh ibunya. Bahkan
setelah ini ia harus mengikuti matseon. Dan ia mengakui kalau tak ada
pria yang dapat dibandingkan dengan Moo Won dan Ji Heon. Moo Won
bergumam kalau Eun Seol seharusnya mendengarkan apa yang baru saja
diucapkan Na Yoon.
Na Yoon pun marah karena ia dan Ji Heon tak mau peduli sedikitpun padanya.
Namun rupanya Moo Won masih peduli. Karena ia membuntuti mobil Na Yoon
yang membawanya ke tempat Matseon, dan meneleponnya saat mobil mereka
berhenti di persimpangan. Ia berkata, jika Na Yoon mau, maka Na Yoon
harus keluar dari mobil saat ia perintahkan.
Dan ketika lampu berganti warna, perintah pun diberikan. Dan Na Yoon
keluar dari mobil dengan gaya cool dan masuk ke mobil Moo Won yang
langsung membawanya pergi.
Moo Won memberikan kartu kreditnya untuk Na Yoon gunakan selama pelarian
ini. Ia akan menginapkan Na Yoon di rumah ibunya yang sudah lama
kosong. Dan jika Na Yoon tertangkap lagi, kaburlah lagi. Na Yoon melihat
Moo Won seperti melihat alien. Moo Won mengatakan agar Na Yoon tak
menyesali pelarian ini, karena sudah terlambat. Ia juga menanyakan
apakah seorang gadis menyukai dengan kejutan?
Na Yoon hanya menjawab kalau ia suka dengan kejutan, tapi ia tak tahu
dengan wanita lain. Dan ia juga tak tahu apakah Eun Seol menyukai
kejutan atau tidak.
Dan Moo Won pun merencanakan sesuatu. Sepanjang malam ia sibuk di depan
computer, mengabaikan permintaan ibunya agar hadir di hotel esok hari
karena ia sudah bekerja keras dan lembur untuk mengambil satu hari libur
yaitu besok. Ia pun mendorong ibunya keluar kamar.
Pagi harinya, Ji Heon berangkat pagi untuk melakukan pekerjaan barunya.
Mulanya ayah kesal saat tahu kalau Eun Seol memberikan pekerjaan untuk
Ji Heon dari level paling bawah, tapi ia kemudian membiarkannya dan
berpesan agar Ji Heon melakukan apa yang diinginkan Eun Seol.
Dan Ji Heon pun meninggalkan ayah yang hanya bisa menggumam kesal.
Eun Seol keluar rumah dan sedang berbicara dengan Ji Heon yang sedang menuju tempat kerjanya. Ia juga akan pergi ke tempat Ji Heon untuk memastikan kalau Ji Heon benar-benar bekerja.
Eun Seol keluar rumah dan sedang berbicara dengan Ji Heon yang sedang menuju tempat kerjanya. Ia juga akan pergi ke tempat Ji Heon untuk memastikan kalau Ji Heon benar-benar bekerja.
Di sepanjang perjalanan beberapa penjual kaki lima memberikan barang
dagangannya seperti kacamata, bunga, wafel, bahkan boneka beruang yang
super besar kepadanya. Dan ia pun curiga. Tak ada yang namanya makan
gratis di dunia ini. Ia langsung mengutuki Ji Heon yang mencoba
melarikan diri dengan menyuapnya dengan hal-hal seperti ini.
Ia pun langsung lari dan mencari-cari Ji Heon yang pasti ada di sekitarnya.
Namun ia malah menemukan Moo Won yang tersenyum padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar