"Kenapa kau datang ke istana?" tanya Bo Kyung pada Yeon Woo. "Apa kau juga akan menjadi teman belajar Putri?'
"Kau sendiri?" Yeon Woo balik bertanya.
Bo Kyung terlihat kesal dan tidak suka.
Nok Young masuk ke istana dan menemui Ibu Suri.
Ibu Suri meminta Nok Young memperlihatkan masa depan kedua gadis yang menjadi teman belajar Min Hwa. "Ratu masa depan." ujarnya. "Bantu aku melihat apakah diantara kedua gadis itu ada yang akan menjadi Ratu."
Nok Young terkejut mendengar permintaan Ibu Suri.
Dayang meminta Bo Kyung dan Yeon Woo menunggu di satu ruangan. Mereka duduk berjauhan dengan kaku.
Yeon Woo berusaha ramah dan mengajak Bo Kyung berteman.
Bo Kyung teringat perkataan Dae Hyeong. "Kau tidak boleh memiliki musuh di istana. Walaupun dia memang musuh, kau tidak boleh memperlihatkan wajahmu yang sebenarnya. Kau tidak boleh mudah mempercayai orang lain dan jangan biarkan orang lain tahu apa yang sedang kau pikirkan."
Bo Kyung mencoba tersenyum ramah pada Yeon Woo dan setuju untuk berteman baik.
Yeon Woo sangat senang dan meraih tangan Bo Kyung.
Ketika Yeon Woo tidak melihat, Bo Kyung cemberut dan muak dengan sentuhan tangan Yeon Woo.
Dalam pot pemberian Yeon Woo akhirnya tumbuh sebuah tanaman kecil.
Hwon kesal dan sangat tidak sabar. Kenapa tanaman ini tumbuh lama sekali?
"Kelihatanya ini bukan bunga." pikir Hwon. "Tanaman apa ini? Benar! Kenapa aku tidak menemuinya saja dan bertanya langsung?"
Beberapa saat kemudian, kasim datang. Ia melaporkan pada Hwon bahwa Yeon Woo menjadi salah satu teman belajar Min Hwa.
Hwon senang mendengarnya. "Jadi namamu Heo Yeon Woo." pikirnya dalam hati. "Nama yang cantik."
Hwon meminta Kasim Hyung Sun melakukan sesuatu untuknya, Namun kasim menolak, "Tidak, Pangeran!!"
Hwon mencengkeram tangan kasimnya erat.
"Kau tidak boleh bertemu diam-diam dengan putri seorang pejabat kerajaan." kata Kasim.
Sebagaimana-pun Hwon membujuk, kasim tetap menolak.
"Karena siapa kau tidak dipecat dan bahkan malah di promosikan?" tanya Hwon, memojokkan.
Kasim tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Kasim menitipkan 'surat cinta' Hwon untuk Yeon Woo pada seorang dayang.
"Sejak mengetahui kedatanganmu ke istana, aku menjadi tidak bisa tidur setiap malam." ujar Hwon dalam suratnya. "Aku menanti saat pertemuan kita."
Ratu memberi sedikit wejangan untuk Bo Kyung dan Yeon Woo.
Tidak lama kemudian, Min Hwa masuk.
"Siapa diantara kalian yang adiknya Guru Heo?" tanya Min Hwa pada Bo Kyung dan Yeon Woo.
"Aku." jawab Yeon Woo.
Min Hwa tertawa senang. "Aku sudah yakin pasti kau!" katanya. "Sama seperti Guru Heo, kau cantik sekali."
Bo Kyung menatap benci ke arah Yeon Woo.
Min Hwa lalu memberikan sebuah hadiah untuk Yeon Woo.
"Aku tidak bisa menerimanya." tolak Yeon Woo. Namun Min Hwa menjejalkan kantong hadiah itu di tangan Yeon Woo dengan paksa.
Bo Kyung dan Yeon Woo diantar untuk menyapa Ibu Suri.
Ibu Suri terlihat sangat menyukai keduanya.
Diam-diam, Nok Young mengamati mereka dari balik pintu.
"Di langit Josen, ada dua buah bulan.
Yang Myeong akhirnya kembali ke istana. Hwon sangat senang melihatnya dan langsung berlari memeluk.
Hwon mengajak Yang Myeong bermain sepak bola. Ia satu tim dengan Yang Myeong dan Yeom di tim biru, sementara di tim merah ada Woon.
Sebelum memulai pertandinga, Yang Myeong, Yeom dan Woon saling menautkan kepalan tangan mereka.
Hwon bingung. "Kalian saling mengenal?" tanyanya.
"Kami bertiga belajar dibawah Kepala Pelajar dan kami adalah sahabat." jawab Yang Myeong.
Hwon tertawa, teringat kebohongan yang diucapkannya pada Yeon Woo dulu. "Kau hampir saja menjadi kakakku." katanya pada Woon.
Woon, Yang Myeong dan Yeom bingung.
Di sisi lain, Yeon Woo, Min Hwa dan Bo Kyung menyulam bersama.
Di kotak sulam Yeon Woo ditemukan sebuah surat. Ia segera membuka dan membacanya.
Yeon Woo masih berpikir kalau Hwon marah padanya. Jadi 'surat cinta' kiriman Hwon, dibaca oleh Yeon Woo menjadi 'surat ancaman'
"Apa itu?" tanya Bo Kyung.
"Bukan apa-apa." jawab Yeon Woo seraya cepat-cepat menyembunyikan surat Hwon.
"Aku bosan!" seru Min Hwa. "Yeon Woo, ayo kita bermain di luar."
Min Hwa menarik tangan Yeon Woo dan mengajaknya keluar, meninggalkan Bo Kyung seorang diri.
Setelah kamar kosong, diam-diam Bo Kyung membaca surat dari Hwon. Saat itu, Bo Kyung sama sekali tidak tahu kalau Lee Hwon adalah Putra Mahkota.
Kasim datang untuk menjemput Yeon Woo.
Yeon Woo ketakutan dan berbohong dengan mengatakan kalau dia bukanlah orang yang dimaksud.
Tidak sengaja, Min Hwa melihat kasim Hyung Sun dan mencari tahu dimana keberadaan Yeom.
kasim keceplosan dan mengatakan kalau Yeom sedang bermain sepak bola bersama Hwon.
Min Hwa menarik Yeon Woo untuk menonton pertandingan sepak bola di lapangan.
Min Hwa asik menonton Yeom, sementara Yeon Woo terpana melihat Hwon.
Hwon bermain dengan sangat bersemangat.
Ibu Suri bertanya pada Nok Young, siapakah diantara kedua gadis yang akan menjadi Ratu.
Nok Young menjawab bahwa putri Dae Hyeong-lah yang tidak lama lagi akan menjadi penghuni kamar Ratu.
Ibu Suri tersenyum puas.
"Takdir adalah lelucon." pikir Nok Young dalam hati ketika meninggalkan ruangan Ibu Suri. "Yang satu pantas menjadi Ratu, namun tidak bisa menjadi menempati kamar Ratu. Walaupun yang satunya lagi tidak pantas menjadi Ratu, namun ia malah bisa menempati kamar Ratu. Dua bulan... dua matahari... dan juga... aroma kematian..."
Salah seorang pengawal istana tanpa sengaja membuat Hwon terjatuh. Ia langsung hendak ditangkap. Namun Hwon menyuruh anak buahnya melepaskan orang itu.
"Pertandingan ini ditentukan oleh kemenangan!" seru Hwon pada semua orang di lapangan. "Jika ada yang sengaja memberiku bola atau memberikan jalan padaku atau mengalah padaku... aku akan menghukum mereka! Apa kalian dengar?!"
Hwon dan yang lainnya kembali bermain bola.
Yang Myeong tersenyum melihat Yeon Woo. Namun pandangan Yeon Woo tertuju ke tempat lain, yakni Hwon.
Yang Myeong terlihat terpukul.
"Aku tidak peduli jika semua orang akan menjadi bawahan Putra Mahkota." ujar Yang Myeong dalam hati. "Selama kau, Yeon Woo, adalah milikku."
Sekembalinya ke ruangan, Min Hwa berpapasan dengan Raja dan para pejabatnya. Min Hwa mengatakan pada ayahnya bahwa ia sangat menyukai Yeon Woo.
Raja menanyakan sesuatu pada Yeon Woo dan Bo Kyung. Yeon Woo-lah yang bisa menjawab dengan benar. Raja berpesan agar segala urusan dalam istana tidak dibawa-bawa keluar.
Yang Myeong menyapa Raja di ruangannya. Seperti biasa, Raja bersikap sangat dingin padanya.
"Yang Mulia, aku ingin meminta sesuatu dari Anda." kata Yang Myeong.
"Kau menginginkan sesuatu?" tanya Raja, terkejut.
"Ya." jawab Yang Myeong. "Aku menyukai seorang gadis. Aku ingin hidup bersamanya bagaimanapun caranya. Jika Yang Mulia sudah menyiapkan pernikahanku, aku juga memohon agar Yang Mulia memikirkan perasaanku. Ini pertama kalinya aku meminta sesuatu dari Yang Mulia, dan mungkin juga akan menjadi yang terakhir."
"Dari keluarga mana dia?" tanya Raja.
Yang Myeong sangat terkejut, tidak menyangka kalau Raja akan menanggapi permintaannya.
"Dia adalah Heo Yeon Woo." jawab Yang Myeong.
"Aku mengerti." ujar Raja menanggapi. "Aku akan mempertimbangkannya."
"Apa?"
"Aku akan mempertimbangkannya." ujar Raja.
Yang Myeong benar-benar terkejut hingga tidak bisa berkata-kata.
Yang Myeong keluar ruangan Raja dengan ekspresi bahagia.
Di dalam ruangan, ekspresi raja melembut.
"Anak bodoh." gumamnya. "Aku hanya mengatakan agar kau berhati-hati jika ingin masuk ke istana. Aku tidak pernah melarangmu untuk datang."
Keluarga Heo terlibat perbincangan akrab malam itu.
Ayah Yeon Woo memuji putrinya sebagai putri terbaik di dunia.
Ibu Yeon Woo juga tidak mau kalah. Ia memuji Yeom sebagai putra terbaik di dunia.
Yeon Woo menemui Seol ketika Seol sedang berlatih pedang kayu.
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." kata Yeon Woo. Ia bercerita mengenai surat dari Hwon.
"Itu surat ancaman dan mengajak bertengkar." kata Seol.
Seol malah membuat Yeon Woo semakin cemas dan ketakutan.
Yeon Woo berjalan di halaman. Lagi-lagi bayangan Hwon muncul di hadapannya.
Hwon sedang tersenyum memandang bulan.
"Apa kau berpikir kalau aku mengancammu?" tanya Hwon.
"Kau tidak mengancamku?" Yeon Woo bertanya balik.
"Bagaimana menurutmu?"
"Jika aku menjawab tidak, apakah tetap akan mengirim orang untuk menemuiku?" tanya Yeon Woo.
"Lalu, apakah kau mau bertemu denganku?" tanya Hwon.
"Kurasa, akan sangat menyenangkan jika kita bisa bertemu lagi." jawab Yeon Woo seraya menunduk malu. "Apa kau akan mengirim orang lagi?"
Yeon Woo mendongak, namun bayangan Hwon sudah menghilang.
Dae Hyeong berpikir keras di ruangannya. Ia merasa kalau Yeon Woo akan menjadi ancaman dan halangan bagi jalan Bo Kyung untuk menjadi Ratu.
Bo Kyung masuk ke dalam ruangan.
"Hari ini di istana, apakah kau melakukan sesuatu yang membuat Putri tidak suka?" tanyaDae Hyeong pada Bo Kyung."
"Tidak!" jawab Bo Kyung cepat. "Aku tidak melakukan apapun."
"Lalu kenapa kau tidak bisa mendapatkan hati Putri?" tanya Dae Hyeong marah.
"Karena aku bukan adik Guru Heo." jawab Bo Kyung, hampir menangis. "Putri diam-diam jatuh cinta pada Guru Heo. Karena itulah ia sangat menyukai adik Guru Heo, yakni Yeon Woo. Selain itu, bahkan seorang anggota kerajaan mengiriminya surat. Tidak ada seorangpun yang memandangku di istana."
"Apa katamu? Seorang anggota kerajaan mengiriminya surat?"
"Aku tidak yakin." ujar Bo Kyung.
"Siapa nama orang itu?"
"Lee Hwon." jawab Bo Kyung.
Dae Hyeong sangat terkejut.
Malam itu pula Bo Kyung meminta bantuan ayahnya agar ia bisa tinggal di istana.
Keesokkan harinya, Dae Hyeong langsung melaporkan informasi tersebut pada Ibu Suri.
"Jangan khawatir." ujar Ibu Suri. "Tak masalah apakah Putra Mahkota menyukai gadis itu atau tidak. Pernikahan kerajaan bukan mengenai suka atau tidak suka."
"Tapi pemikiran Yang Mulia tidak sesederhana itu." bantah Dae Hyeong. "Ketika ang Mulia Raja melihat anak itu, ia kelihatan sangat menyukainya. Ia sengaja memasukkan kakak dan adik Heo ke dalam istana."
"Untuk apa dia melakukan itu?" tanya Ibu Suri.
"Ia ingin menyingkirkan keluarga Ratu dari istana." jawab Dae Hyeong.
"Ini waktunya kita bertindak." ujar Ibu Suri.
Bo Kyung berjalan masuk ke dalam istana.
Mendadak, Kasim muncul dan mengajaknya bertemu Hwon. Ia mengira Bo Kyung adalah Yeon Woo.
Hwon menunggu kedatangan Yeon Woo.
Ia belajar membawa sikap agar terlihat menakjubkan di depan Yeon Woo. Ia bahkan mencoba tersenyum manis.
Seseorang berjalan masuk ke dalam ruangan. Jantung Hwon berdebar kencang.
Gadis yang ditunggu-tunggu tiba. Bo Kyung menunduk.
Hwon menoleh, namun tidak bisa melihat wajah Bo Kyung.
"Sejak hari itu, aku tidak bisa melupakanmu." ujar Hwon. "Setelah mendengar kalau kau menjadi teman belajar adikku, aku jadi ingin bertemu denganmu lagi."
Bo Kyung tersenyum senang.
Hwon meminta gadis itu mengangkat wajahnya. Betapa terkejut Hwon ketika melihat bahwa gadis itu bukan Yeon Woo.
"Siapa kau?" tanya Hwon. "Kenapa kau disini?"
"Aku putri Yoon Dae Hyeong, Yoon Bo Kyung." jawab Bo Kyung.
Ah, rupanya si kasim salah menjemput orang.
"Maafkan aku!" seru Hwon. "Ini kesalahan!"
Hwon bergegas keluar dari ruangan. Ia memberikan pandangan kesal pada kasimnya.
Min Hwa dan Yeon Woo membuat gelang. Min Hwa mengatakan bahwa ia ingin memberikan gelang tersebut untuk Yeom.
"Aku juga ingin memberikan ini pada kakakku." kata Yeon Woo.
"Jangan! Kau berikan saja gelang ini pada kakakku." kata Min Hwa. "Aku akan membantumu memberikan gelang ini padanya."
"Jangan!" tolak Yeon Woo cepat. "Ini terlalu jelek. Aku akan membuat yang lebih bagus."
Bo Kyung masuk ke dalam ruangan dan bergabung bersama mereka.
Bo Kyung akhirnya sadar, bahwa mungkin saja gadis yang dimaksud oleh Hwon adalah Yeon Woo.
Hwon mengomeli kasimnya karena menjemput orang yang salah.
Kasim bercerita bahwa rupanya Yeon Woo berbohong. Ia kemudian menggambar diagram otak untuk mengetahui jalan pikiran Yeon Woo.
Di gambar tersenyum, kasim menggambarkan bahwa Yeon Woo hanya mengingat Hwon setitik saja di otaknya.
Hwon sangat kesal.
Saat Hwon dan Bo Kyung keluar dari ruangan tempat pertemuan mereka, seorang dayang tanpa sengaja melihat. Para dayang itu bergosip dan didengar oleh Ratu.
Ratu bicara pada Raja, kemudian memerintahkan orang untuk menangkap kasim.
Raja sangat parah pada Hwon. "Karena tindakanmu yang sembrono, anak itu akan menjadi korban peperangan politik! Apa kau mengerti!"
Hwon akhirnya mengakui pada ayahnya kalau ia sudah jatuh cinta pada Yeon Woo, gadis yang juga dicintai oleh Yang Myeong.
Raja terdiam sejenak, teringat Yang Myeong. "Aku akan menganggap kalau aku tidak pernah mendengar semua ini." katanya. "Kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi jangan buat aku kecewa lagi, kau mengerti?"
Malam itu, Bo Kyung dan Yeon Woo berjalan bersama. Bo Kyung lebih banyak diam dan kelihatan berpikir. Yeon Woo menyapanya dengan menanyakan apakah Bo Kyung terlambat karena kedinginan di tandu dan secara spontan Bo Kyung berteriak marah.
Sadar kalau sikapnya salah, ia kembali berpura-pura ramah.
"Tadi pagi aku tidak terlambat karena kedinginan di tandu." ujar Bo Kyung.
"Lalu kenapa?" tanya Yeon Woo.
"Tapi ini rahasia." Bo Kyung mendekatkan kepalanya ke telinga Yeon Woo untuk membisikkkan sesuatu. "Aku bertemu dengan Putra Mahkota."
Yeon Woo terkejut.
"Dia mengatakan kalau ia pernah melihatku dari jauh." tambah Bo Kyung. "Dan dia ingin sekali bertemu denganku."
Yeon Woo terdiam, kelihatan sangat terkejut.
"Kau harus jaga rahasia ini ya." ujar Bo Kyung seraya berjalan pergi.
Raja dan para pejabat mengadakan pertemuan untuk membicarakan pernikahan Putra Mahkota. Raja ingin mencari Putri Mahkota untuk Hwon.
Hwon memperhatikan tanaman yang diberikan oleh Yeon Woo. Ia sangat penasaran tanaman apakah itu.
"Hyeon Sun." panggil Hwon pada kasimnya.
Kasim meneliti dari dekat. "Ini bukan bunga." katanya sok tahu. "Ini selada."
"Selada?" tanya Hwon dengan ekspresi sedih. "Kenapa kau memberiku selada? Aku tidak akan pernah bisa mendengar jawabannya."
Hwon meminta kasimnya membuang tanaman itu.
Hari itu, istana akan mengadakan acara.
Hwon dan rombongannya berjalan keluar. Kebetulan mereka berpapasan dengan rombongan Yeon Woo.
Hwon menatap Yeon Woo, dan Yeon Woo mendongak sedikit untuk melihatnya.
Tanpa berkata apa-apa, Hwon berjalan pergi.
Para peramal istana sedang melakukan persiapan upacara doa.
Istana mengadakan acara. Semua keluarga istana, termasuk Yang Myeong ikut serta dalam acara tersebut.
Yang Myeong tersenyum senang melihat Yeon Woo.
Mata Yeon Woo hanya tertuju pada Hwon, namun Hwon sama sekali tidak menoleh padanya.
Ketika Yeon Woo menunduk untuk melihat gelang yang akan diberikannya untuk Hwon, Hwon melihat ke arahnya.
Yang Myeong kelihatan terpukul melihat sikap Hwon dan Yeon Woo.
Nok Young melakukan upacara doa.
Mendadak ia mendapatkan bayangan, yakni sebuah kuburan.
Yeon Woo sedang asyik melihat pertunjukkan tarian.
Tiba-tiba ia mendengar seseorang bicara, "Cepatlah lari."
Yeon Woo menoleh mencari asal suara.
"Ini bukanlah takdir yang bisa kau hindari." ujar suara itu. "Jangan lagi membuat ikatan dengannya."
Yeon Woo terus mencari asal suara. Ia berjalan perlahan masuk diantara orang-orang yang menari. Dan disana, ia melihat Nok Young.
"Sekarang adalah kesempatanmu untuk menghindari takdirmu." ujar Nok Young. "Ketika kau bisa menghindarinya, hindari sebanyak yang kau bisa."
Nok Young menghilang.
Yeon Woo berjalan lagi untuk mencari Nok Young. Namun mendadak seseorang yang mengenakan topeng muncul di hadapannya.
Yeon Woo berteriak kaget.
Si manusia bertopeng menyuruhnya diam, kemudian meraih tangan Yeon Woo dan mengajaknya pergi. Gelang Yeon Woo terjatuh.
Ketika si manusia bertopeng dan Yeon Woo lewat, secara tidak sengaja Yang Myeong melihat mereka.
Setelah merasa keadaan aman, si manusia bertopeng membuka topengnya. Rupanya ia adalah Hwon.
Yeon Woo terperanjat.
"Kau tahu siapa aku, kan?" tanya Hwon.
Yeon Woo hanya mengangguk, tidak bisa berkata-kata.
"Kalau begitu, katakan siapa aku." ujar Hwon.
"Kau adalah... Joseon...." Yeon Woo terbata-bata.
"Aku adalah Putra Mahkota Joseon, Lee Hwon." ujar Hwon, tersenyum.
Kembang api dinyalakan.
Min Hwa tersenyum menatap Yeom.
Bo Kyung melihat gelang Yeon Woo di tanah.
"Kau menyuruhku melupakanmu." ujar Hwon. "Kau berharap agar aku melupakanmu, bukan? Maafkan aku. Aku ingin melupakanmu, tapi tidak bisa."
Kembang api terus meledak di langit dan bunga-bunga bertaburan diantara Hwon dan Yeon Woo.
Tanpa mereka sadari, Yang Myeong berada disana menyaksikan semuanya.
"Kau sendiri?" Yeon Woo balik bertanya.
Bo Kyung terlihat kesal dan tidak suka.
Ibu Suri meminta Nok Young memperlihatkan masa depan kedua gadis yang menjadi teman belajar Min Hwa. "Ratu masa depan." ujarnya. "Bantu aku melihat apakah diantara kedua gadis itu ada yang akan menjadi Ratu."
Nok Young terkejut mendengar permintaan Ibu Suri.
Yeon Woo berusaha ramah dan mengajak Bo Kyung berteman.
Bo Kyung teringat perkataan Dae Hyeong. "Kau tidak boleh memiliki musuh di istana. Walaupun dia memang musuh, kau tidak boleh memperlihatkan wajahmu yang sebenarnya. Kau tidak boleh mudah mempercayai orang lain dan jangan biarkan orang lain tahu apa yang sedang kau pikirkan."
Yeon Woo sangat senang dan meraih tangan Bo Kyung.
Ketika Yeon Woo tidak melihat, Bo Kyung cemberut dan muak dengan sentuhan tangan Yeon Woo.
Hwon kesal dan sangat tidak sabar. Kenapa tanaman ini tumbuh lama sekali?
"Kelihatanya ini bukan bunga." pikir Hwon. "Tanaman apa ini? Benar! Kenapa aku tidak menemuinya saja dan bertanya langsung?"
Beberapa saat kemudian, kasim datang. Ia melaporkan pada Hwon bahwa Yeon Woo menjadi salah satu teman belajar Min Hwa.
Hwon senang mendengarnya. "Jadi namamu Heo Yeon Woo." pikirnya dalam hati. "Nama yang cantik."
Hwon meminta Kasim Hyung Sun melakukan sesuatu untuknya, Namun kasim menolak, "Tidak, Pangeran!!"
Hwon mencengkeram tangan kasimnya erat.
"Kau tidak boleh bertemu diam-diam dengan putri seorang pejabat kerajaan." kata Kasim.
Sebagaimana-pun Hwon membujuk, kasim tetap menolak.
"Karena siapa kau tidak dipecat dan bahkan malah di promosikan?" tanya Hwon, memojokkan.
Kasim tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Kasim menitipkan 'surat cinta' Hwon untuk Yeon Woo pada seorang dayang.
"Sejak mengetahui kedatanganmu ke istana, aku menjadi tidak bisa tidur setiap malam." ujar Hwon dalam suratnya. "Aku menanti saat pertemuan kita."
Ratu memberi sedikit wejangan untuk Bo Kyung dan Yeon Woo.
Tidak lama kemudian, Min Hwa masuk.
"Siapa diantara kalian yang adiknya Guru Heo?" tanya Min Hwa pada Bo Kyung dan Yeon Woo.
"Aku." jawab Yeon Woo.
Min Hwa tertawa senang. "Aku sudah yakin pasti kau!" katanya. "Sama seperti Guru Heo, kau cantik sekali."
Bo Kyung menatap benci ke arah Yeon Woo.
Min Hwa lalu memberikan sebuah hadiah untuk Yeon Woo.
"Aku tidak bisa menerimanya." tolak Yeon Woo. Namun Min Hwa menjejalkan kantong hadiah itu di tangan Yeon Woo dengan paksa.
Bo Kyung dan Yeon Woo diantar untuk menyapa Ibu Suri.
Ibu Suri terlihat sangat menyukai keduanya.
Diam-diam, Nok Young mengamati mereka dari balik pintu.
"Di langit Josen, ada dua buah bulan.
Yang Myeong akhirnya kembali ke istana. Hwon sangat senang melihatnya dan langsung berlari memeluk.
Hwon mengajak Yang Myeong bermain sepak bola. Ia satu tim dengan Yang Myeong dan Yeom di tim biru, sementara di tim merah ada Woon.
Sebelum memulai pertandinga, Yang Myeong, Yeom dan Woon saling menautkan kepalan tangan mereka.
Hwon bingung. "Kalian saling mengenal?" tanyanya.
"Kami bertiga belajar dibawah Kepala Pelajar dan kami adalah sahabat." jawab Yang Myeong.
Hwon tertawa, teringat kebohongan yang diucapkannya pada Yeon Woo dulu. "Kau hampir saja menjadi kakakku." katanya pada Woon.
Woon, Yang Myeong dan Yeom bingung.
Di sisi lain, Yeon Woo, Min Hwa dan Bo Kyung menyulam bersama.
Di kotak sulam Yeon Woo ditemukan sebuah surat. Ia segera membuka dan membacanya.
Yeon Woo masih berpikir kalau Hwon marah padanya. Jadi 'surat cinta' kiriman Hwon, dibaca oleh Yeon Woo menjadi 'surat ancaman'
"Apa itu?" tanya Bo Kyung.
"Bukan apa-apa." jawab Yeon Woo seraya cepat-cepat menyembunyikan surat Hwon.
"Aku bosan!" seru Min Hwa. "Yeon Woo, ayo kita bermain di luar."
Min Hwa menarik tangan Yeon Woo dan mengajaknya keluar, meninggalkan Bo Kyung seorang diri.
Setelah kamar kosong, diam-diam Bo Kyung membaca surat dari Hwon. Saat itu, Bo Kyung sama sekali tidak tahu kalau Lee Hwon adalah Putra Mahkota.
Kasim datang untuk menjemput Yeon Woo.
Yeon Woo ketakutan dan berbohong dengan mengatakan kalau dia bukanlah orang yang dimaksud.
Tidak sengaja, Min Hwa melihat kasim Hyung Sun dan mencari tahu dimana keberadaan Yeom.
kasim keceplosan dan mengatakan kalau Yeom sedang bermain sepak bola bersama Hwon.
Min Hwa menarik Yeon Woo untuk menonton pertandingan sepak bola di lapangan.
Min Hwa asik menonton Yeom, sementara Yeon Woo terpana melihat Hwon.
Hwon bermain dengan sangat bersemangat.
Ibu Suri bertanya pada Nok Young, siapakah diantara kedua gadis yang akan menjadi Ratu.
Nok Young menjawab bahwa putri Dae Hyeong-lah yang tidak lama lagi akan menjadi penghuni kamar Ratu.
Ibu Suri tersenyum puas.
"Takdir adalah lelucon." pikir Nok Young dalam hati ketika meninggalkan ruangan Ibu Suri. "Yang satu pantas menjadi Ratu, namun tidak bisa menjadi menempati kamar Ratu. Walaupun yang satunya lagi tidak pantas menjadi Ratu, namun ia malah bisa menempati kamar Ratu. Dua bulan... dua matahari... dan juga... aroma kematian..."
Salah seorang pengawal istana tanpa sengaja membuat Hwon terjatuh. Ia langsung hendak ditangkap. Namun Hwon menyuruh anak buahnya melepaskan orang itu.
"Pertandingan ini ditentukan oleh kemenangan!" seru Hwon pada semua orang di lapangan. "Jika ada yang sengaja memberiku bola atau memberikan jalan padaku atau mengalah padaku... aku akan menghukum mereka! Apa kalian dengar?!"
Hwon dan yang lainnya kembali bermain bola.
Yang Myeong tersenyum melihat Yeon Woo. Namun pandangan Yeon Woo tertuju ke tempat lain, yakni Hwon.
Yang Myeong terlihat terpukul.
"Aku tidak peduli jika semua orang akan menjadi bawahan Putra Mahkota." ujar Yang Myeong dalam hati. "Selama kau, Yeon Woo, adalah milikku."
Sekembalinya ke ruangan, Min Hwa berpapasan dengan Raja dan para pejabatnya. Min Hwa mengatakan pada ayahnya bahwa ia sangat menyukai Yeon Woo.
Raja menanyakan sesuatu pada Yeon Woo dan Bo Kyung. Yeon Woo-lah yang bisa menjawab dengan benar. Raja berpesan agar segala urusan dalam istana tidak dibawa-bawa keluar.
Yang Myeong menyapa Raja di ruangannya. Seperti biasa, Raja bersikap sangat dingin padanya.
"Yang Mulia, aku ingin meminta sesuatu dari Anda." kata Yang Myeong.
"Kau menginginkan sesuatu?" tanya Raja, terkejut.
"Ya." jawab Yang Myeong. "Aku menyukai seorang gadis. Aku ingin hidup bersamanya bagaimanapun caranya. Jika Yang Mulia sudah menyiapkan pernikahanku, aku juga memohon agar Yang Mulia memikirkan perasaanku. Ini pertama kalinya aku meminta sesuatu dari Yang Mulia, dan mungkin juga akan menjadi yang terakhir."
"Dari keluarga mana dia?" tanya Raja.
Yang Myeong sangat terkejut, tidak menyangka kalau Raja akan menanggapi permintaannya.
"Dia adalah Heo Yeon Woo." jawab Yang Myeong.
"Aku mengerti." ujar Raja menanggapi. "Aku akan mempertimbangkannya."
"Apa?"
"Aku akan mempertimbangkannya." ujar Raja.
Yang Myeong benar-benar terkejut hingga tidak bisa berkata-kata.
Yang Myeong keluar ruangan Raja dengan ekspresi bahagia.
Di dalam ruangan, ekspresi raja melembut.
"Anak bodoh." gumamnya. "Aku hanya mengatakan agar kau berhati-hati jika ingin masuk ke istana. Aku tidak pernah melarangmu untuk datang."
Keluarga Heo terlibat perbincangan akrab malam itu.
Ayah Yeon Woo memuji putrinya sebagai putri terbaik di dunia.
Ibu Yeon Woo juga tidak mau kalah. Ia memuji Yeom sebagai putra terbaik di dunia.
Yeon Woo menemui Seol ketika Seol sedang berlatih pedang kayu.
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." kata Yeon Woo. Ia bercerita mengenai surat dari Hwon.
"Itu surat ancaman dan mengajak bertengkar." kata Seol.
Seol malah membuat Yeon Woo semakin cemas dan ketakutan.
Yeon Woo berjalan di halaman. Lagi-lagi bayangan Hwon muncul di hadapannya.
Hwon sedang tersenyum memandang bulan.
"Apa kau berpikir kalau aku mengancammu?" tanya Hwon.
"Kau tidak mengancamku?" Yeon Woo bertanya balik.
"Bagaimana menurutmu?"
"Jika aku menjawab tidak, apakah tetap akan mengirim orang untuk menemuiku?" tanya Yeon Woo.
"Lalu, apakah kau mau bertemu denganku?" tanya Hwon.
"Kurasa, akan sangat menyenangkan jika kita bisa bertemu lagi." jawab Yeon Woo seraya menunduk malu. "Apa kau akan mengirim orang lagi?"
Yeon Woo mendongak, namun bayangan Hwon sudah menghilang.
Dae Hyeong berpikir keras di ruangannya. Ia merasa kalau Yeon Woo akan menjadi ancaman dan halangan bagi jalan Bo Kyung untuk menjadi Ratu.
Bo Kyung masuk ke dalam ruangan.
"Hari ini di istana, apakah kau melakukan sesuatu yang membuat Putri tidak suka?" tanyaDae Hyeong pada Bo Kyung."
"Tidak!" jawab Bo Kyung cepat. "Aku tidak melakukan apapun."
"Lalu kenapa kau tidak bisa mendapatkan hati Putri?" tanya Dae Hyeong marah.
"Karena aku bukan adik Guru Heo." jawab Bo Kyung, hampir menangis. "Putri diam-diam jatuh cinta pada Guru Heo. Karena itulah ia sangat menyukai adik Guru Heo, yakni Yeon Woo. Selain itu, bahkan seorang anggota kerajaan mengiriminya surat. Tidak ada seorangpun yang memandangku di istana."
"Apa katamu? Seorang anggota kerajaan mengiriminya surat?"
"Aku tidak yakin." ujar Bo Kyung.
"Siapa nama orang itu?"
"Lee Hwon." jawab Bo Kyung.
Dae Hyeong sangat terkejut.
Malam itu pula Bo Kyung meminta bantuan ayahnya agar ia bisa tinggal di istana.
Keesokkan harinya, Dae Hyeong langsung melaporkan informasi tersebut pada Ibu Suri.
"Jangan khawatir." ujar Ibu Suri. "Tak masalah apakah Putra Mahkota menyukai gadis itu atau tidak. Pernikahan kerajaan bukan mengenai suka atau tidak suka."
"Tapi pemikiran Yang Mulia tidak sesederhana itu." bantah Dae Hyeong. "Ketika ang Mulia Raja melihat anak itu, ia kelihatan sangat menyukainya. Ia sengaja memasukkan kakak dan adik Heo ke dalam istana."
"Untuk apa dia melakukan itu?" tanya Ibu Suri.
"Ia ingin menyingkirkan keluarga Ratu dari istana." jawab Dae Hyeong.
"Ini waktunya kita bertindak." ujar Ibu Suri.
Bo Kyung berjalan masuk ke dalam istana.
Mendadak, Kasim muncul dan mengajaknya bertemu Hwon. Ia mengira Bo Kyung adalah Yeon Woo.
Hwon menunggu kedatangan Yeon Woo.
Ia belajar membawa sikap agar terlihat menakjubkan di depan Yeon Woo. Ia bahkan mencoba tersenyum manis.
Seseorang berjalan masuk ke dalam ruangan. Jantung Hwon berdebar kencang.
Gadis yang ditunggu-tunggu tiba. Bo Kyung menunduk.
Hwon menoleh, namun tidak bisa melihat wajah Bo Kyung.
"Sejak hari itu, aku tidak bisa melupakanmu." ujar Hwon. "Setelah mendengar kalau kau menjadi teman belajar adikku, aku jadi ingin bertemu denganmu lagi."
Bo Kyung tersenyum senang.
Hwon meminta gadis itu mengangkat wajahnya. Betapa terkejut Hwon ketika melihat bahwa gadis itu bukan Yeon Woo.
"Siapa kau?" tanya Hwon. "Kenapa kau disini?"
"Aku putri Yoon Dae Hyeong, Yoon Bo Kyung." jawab Bo Kyung.
Ah, rupanya si kasim salah menjemput orang.
"Maafkan aku!" seru Hwon. "Ini kesalahan!"
Hwon bergegas keluar dari ruangan. Ia memberikan pandangan kesal pada kasimnya.
Min Hwa dan Yeon Woo membuat gelang. Min Hwa mengatakan bahwa ia ingin memberikan gelang tersebut untuk Yeom.
"Aku juga ingin memberikan ini pada kakakku." kata Yeon Woo.
"Jangan! Kau berikan saja gelang ini pada kakakku." kata Min Hwa. "Aku akan membantumu memberikan gelang ini padanya."
"Jangan!" tolak Yeon Woo cepat. "Ini terlalu jelek. Aku akan membuat yang lebih bagus."
Bo Kyung masuk ke dalam ruangan dan bergabung bersama mereka.
Bo Kyung akhirnya sadar, bahwa mungkin saja gadis yang dimaksud oleh Hwon adalah Yeon Woo.
Hwon mengomeli kasimnya karena menjemput orang yang salah.
Kasim bercerita bahwa rupanya Yeon Woo berbohong. Ia kemudian menggambar diagram otak untuk mengetahui jalan pikiran Yeon Woo.
Di gambar tersenyum, kasim menggambarkan bahwa Yeon Woo hanya mengingat Hwon setitik saja di otaknya.
Hwon sangat kesal.
Saat Hwon dan Bo Kyung keluar dari ruangan tempat pertemuan mereka, seorang dayang tanpa sengaja melihat. Para dayang itu bergosip dan didengar oleh Ratu.
Ratu bicara pada Raja, kemudian memerintahkan orang untuk menangkap kasim.
Raja sangat parah pada Hwon. "Karena tindakanmu yang sembrono, anak itu akan menjadi korban peperangan politik! Apa kau mengerti!"
Hwon akhirnya mengakui pada ayahnya kalau ia sudah jatuh cinta pada Yeon Woo, gadis yang juga dicintai oleh Yang Myeong.
Raja terdiam sejenak, teringat Yang Myeong. "Aku akan menganggap kalau aku tidak pernah mendengar semua ini." katanya. "Kali ini aku akan melepaskanmu. Tapi jangan buat aku kecewa lagi, kau mengerti?"
Malam itu, Bo Kyung dan Yeon Woo berjalan bersama. Bo Kyung lebih banyak diam dan kelihatan berpikir. Yeon Woo menyapanya dengan menanyakan apakah Bo Kyung terlambat karena kedinginan di tandu dan secara spontan Bo Kyung berteriak marah.
Sadar kalau sikapnya salah, ia kembali berpura-pura ramah.
"Tadi pagi aku tidak terlambat karena kedinginan di tandu." ujar Bo Kyung.
"Lalu kenapa?" tanya Yeon Woo.
"Tapi ini rahasia." Bo Kyung mendekatkan kepalanya ke telinga Yeon Woo untuk membisikkkan sesuatu. "Aku bertemu dengan Putra Mahkota."
Yeon Woo terkejut.
"Dia mengatakan kalau ia pernah melihatku dari jauh." tambah Bo Kyung. "Dan dia ingin sekali bertemu denganku."
Yeon Woo terdiam, kelihatan sangat terkejut.
"Kau harus jaga rahasia ini ya." ujar Bo Kyung seraya berjalan pergi.
Raja dan para pejabat mengadakan pertemuan untuk membicarakan pernikahan Putra Mahkota. Raja ingin mencari Putri Mahkota untuk Hwon.
Hwon memperhatikan tanaman yang diberikan oleh Yeon Woo. Ia sangat penasaran tanaman apakah itu.
"Hyeon Sun." panggil Hwon pada kasimnya.
Kasim meneliti dari dekat. "Ini bukan bunga." katanya sok tahu. "Ini selada."
"Selada?" tanya Hwon dengan ekspresi sedih. "Kenapa kau memberiku selada? Aku tidak akan pernah bisa mendengar jawabannya."
Hwon meminta kasimnya membuang tanaman itu.
Hari itu, istana akan mengadakan acara.
Hwon dan rombongannya berjalan keluar. Kebetulan mereka berpapasan dengan rombongan Yeon Woo.
Hwon menatap Yeon Woo, dan Yeon Woo mendongak sedikit untuk melihatnya.
Tanpa berkata apa-apa, Hwon berjalan pergi.
Para peramal istana sedang melakukan persiapan upacara doa.
Istana mengadakan acara. Semua keluarga istana, termasuk Yang Myeong ikut serta dalam acara tersebut.
Yang Myeong tersenyum senang melihat Yeon Woo.
Mata Yeon Woo hanya tertuju pada Hwon, namun Hwon sama sekali tidak menoleh padanya.
Ketika Yeon Woo menunduk untuk melihat gelang yang akan diberikannya untuk Hwon, Hwon melihat ke arahnya.
Yang Myeong kelihatan terpukul melihat sikap Hwon dan Yeon Woo.
Nok Young melakukan upacara doa.
Mendadak ia mendapatkan bayangan, yakni sebuah kuburan.
Yeon Woo sedang asyik melihat pertunjukkan tarian.
Tiba-tiba ia mendengar seseorang bicara, "Cepatlah lari."
Yeon Woo menoleh mencari asal suara.
"Ini bukanlah takdir yang bisa kau hindari." ujar suara itu. "Jangan lagi membuat ikatan dengannya."
Yeon Woo terus mencari asal suara. Ia berjalan perlahan masuk diantara orang-orang yang menari. Dan disana, ia melihat Nok Young.
"Sekarang adalah kesempatanmu untuk menghindari takdirmu." ujar Nok Young. "Ketika kau bisa menghindarinya, hindari sebanyak yang kau bisa."
Nok Young menghilang.
Yeon Woo berjalan lagi untuk mencari Nok Young. Namun mendadak seseorang yang mengenakan topeng muncul di hadapannya.
Yeon Woo berteriak kaget.
Si manusia bertopeng menyuruhnya diam, kemudian meraih tangan Yeon Woo dan mengajaknya pergi. Gelang Yeon Woo terjatuh.
Ketika si manusia bertopeng dan Yeon Woo lewat, secara tidak sengaja Yang Myeong melihat mereka.
Setelah merasa keadaan aman, si manusia bertopeng membuka topengnya. Rupanya ia adalah Hwon.
Yeon Woo terperanjat.
"Kau tahu siapa aku, kan?" tanya Hwon.
Yeon Woo hanya mengangguk, tidak bisa berkata-kata.
"Kalau begitu, katakan siapa aku." ujar Hwon.
"Kau adalah... Joseon...." Yeon Woo terbata-bata.
"Aku adalah Putra Mahkota Joseon, Lee Hwon." ujar Hwon, tersenyum.
Kembang api dinyalakan.
Min Hwa tersenyum menatap Yeom.
Bo Kyung melihat gelang Yeon Woo di tanah.
"Kau menyuruhku melupakanmu." ujar Hwon. "Kau berharap agar aku melupakanmu, bukan? Maafkan aku. Aku ingin melupakanmu, tapi tidak bisa."
Kembang api terus meledak di langit dan bunga-bunga bertaburan diantara Hwon dan Yeon Woo.
Tanpa mereka sadari, Yang Myeong berada disana menyaksikan semuanya.
Sumber : http://anekabaca.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar