Ki Joon terkejut dengan penolakan Ah Jung. Tapi Ah Jung buru-buru mengatakan kalau bukannya ia tak mencintai Ki Joon. Rasanya ia tak dapat hidup tanpa Ki Joon. Tapi ia belum siap untuk menikah. Rasanya ia seperti kehilangan sesuatu hal yang penting, tapi ia tak tahu apa itu. Jadi Ah Jung meminta Ki Joon untuk menunggunya sampai ia mengingatnya.
Ki Joon menyadari kalau lamarannya ini mungkin sedikit tergesa-gesa bagi Ah Jung. Jadi ia akan menunggunya, tapi ia meminta Ah Jung agar tak membuatnya menunggu terlalu lama.
Dan seperti ingin kabur, keesokan harinya Ah Jung meminta atasannya untuk memutasikan dirinya ke Jeju. Ia merasa semua yang ia alami membuatnya merasa hidupnya sesak.
Untung Ah Jung tak mengatakan hal ini di depan Ki Joon. Kalau iya, Ki Joon bisa marah besar mendengarnya.
Ki Joon mengantarkan kepergian Ah Jung di bandara. Ia meminta Ah Jung agar memikirkan kembali lamarannya dengan pikiran jernih dan kembali padanya. Ia memberi hadiah jam tangan dan Ah Jung memintanya foto berdua, karena mereka belum memiliki foto bersama.
Hihihi.. kalau mau foto berdua, Ah Jung dapat mengambil foto dari surat kabar saat Ki Joon mengumumkan cintanya di taman.
Sebulan sudah terlewati. Ah Jung dan Ki Joon saling berkirim email untuk menceritakan keadaan mereka setelah berpisah. Awalnya Ah Jung belum merasa nyaman, tapi sekarang ia sudah merasa kalau Jeju seperti kota kelahirannya sendiri. Namun Ki Joon, dalam emailnya, merasa tak nyaman tak bersama lagi dengan Ah Jung. Apalagi ia tak diperbolehkan untuk sering menelepon. Ah Jung hanya memintanya bersabar saat mereka bertemu kembali.
Ternyata Ah Jung bekerja di Museum. Saat memeriksa harian, ia mengatakan pada teman sekerjanya kalau selama sebulan ia bekerja di sini, ia belum dapat mengenal seluruh isi museum ini. Teman sekerjanya menenangkannya. Karena ia bekerja selama sepuluh tahun, ia juga belum dapat menghafal seluruh isi museum.
Ia menambahkan kalau ia bahkan juga tak dapat mengetahui apa yang dipikirkan istrinya padahal ia sudah menikah selama dua puluh tahun. Dan Ah Jung menimpali kalau ia juga tak tahu apa yang ia inginkan sebenarnya.
Tante menanyakan tentang kemajuan hubungan Ki Joon dengan Ah Jung. Ia meminta Ki Joon untuk segera mempercepat pernikahannya, karena gosip yang beredar sudah terlalu banyak. Ki Joon meminta Tante untuk bersabar, bahkan ia meminta Tante untuk meluangkan waktunya akhir bulan ini dan membawa Ah Jung ke hadapan Tante untuk mengumumkan pernikahan mereka.
Ooohh… Ki Joon-sii, jangan menghitung anak ayam yang belum menetas. Dulu anak ayam yang sudah menetas pun akhirnya mati juga, kan? Ehm .. maksudnya lamaran yang sudah diungkapkan pun juga ditolak, kan?
Dari hasil pemeriksaan USG, So Ran mengetahui kalau dirinya hamil. Ia ingin memberitahu Jae Bum tentang kabar bahagia ini, namun urung karena Jae Bum kabur dari rumah karena (dari surat yang ditinggalkan) Jae Bum sudah merasa capek bersama dengan So Ran. So Ran sudah hampir marah melihat hal ini, tapi ia tahan dan menenangkan diri sendiri.
Ia menelepon Ah Jung untuk memberitahu kabar kehamilannya sekaligus kepergian Jae Bum dari rumah. Ia menanyakan apakah Ah Jung mendengar kabar Jae Bum? Ah Jung yang sedang belajar bahasa Inggris, menyelamati So Ran tapi ia tak mengetahui sama sekali tentang Jae Bum dan menenangkannya kalau tak akan hal buruk yang akan terjadi.
Ah Jung mengirim email pada Ki Joon memberitahukan tentang So Ran yang hamil dan Jae Bum yang pergi. Ia masih belum mengerti tentang kehidupan pernikahan, dan rasanya topik itu masih berada di awang-awang.
Ki Joon datang ke Jeju untuk bekerja sekaligus ingin menemui Ah Jung. Mendengar hal ini, ia menebak Ki Joon pasti akan sangat sibuk. Ki Joon membantahnya, namun di detik yang sama ada telepon dari kantor yang memberitahukannya kalau hari ini ada meeting untuk membicarakan tentang kunjungan lapangan yang akan ia lakukan esok hari.
Ah Jung memintanya untuk bekerja kembali, dan menebak kalau Ki Joon menginap di resor. Ki Joon menambahkan kalau ia menginap di resor yang pernah mereka tinggali bersama. Ah Jung menolak pernyataan itu, mereka tak tinggal bersama karena mereka tidur secara terpisah. Dan kata-kata ini tak lepas dari komentar Ki Joon yang menduga kalau Ah Jung menyesali kenyataan itu (tidur secara terpisah).
Saat di resor, Ki Joon melihat Jae Bum yang sedang merasakan kebebasan tanpa So Ran dengan menyapa gadis-gadis yang sedang asyik berjemur (di malam hari?). Ia mengirim SMS pada Ah Jung memberitahu posisi Jae Bum sekarang.
Dan kabar itu langsung dirilis oleh Ah Jung pada So Ran, yang langsung terbang ke Jeju. Dan istri yang ditinggal suami itu langsung bertemu dengan Jae Bum yang sedang dikelilingi gadis-gadis di lobi hotel dan menegaskan haknya sebagai istri dengan memanggil, “Sayang!”. Panggilan yang sama yang digunakan Ah Jung saat ia melakukan kebohongan publiknya yang pertama.
Jae Bum berkilah kalau ia ingin pergi karena lelah dengan kelakukan So Ran. Namun, ia sangat kegirangan mendengar kabar kehamilan So Ran.
Uhmm.. okay.. Kasihan So Ran, karena Jae Bum kabur karena tak tahan padanya, dan sekarang kembali karena ia akan memiliki anak?
Hal ini tak luput dari penglihatan Ki Joon yang kebetulan berada di sana. Ia menyelamati mereka berdua, dan meminta sedikit bantuan dari mereka.
Bantuan seperti apa itu?
Ki Joon mengajak Jae Bum dan So Ran pergi bersama Ah Jung. Mereka berjalan-jalan di pantai dan berfoto bersama. Berbelanja bersama dan makan malam bersama.
Ah Jung heran pada So Ran yang sangat bahagia, padahal sebelumnya mereka bertengkar hebat. So Ran menjawab karena seperti itulah pernikahan. Mereka bertengkar, namun akhir pertengkaran malah semakin mendekatkan mereka.
Jae Bum menyarankan pada Ah Jung agar ia tak ragu lagi tentang pernikahan. So Ran mengeluh tak enak badan, dan Jae Bum membawanya kembali ke kamar.
Dan Ah Jung tak dapat menghindari rasa iri melihat kebahagian pernikahan Jae Bum dan So Ran. Dan Ki Joon bergumam kalau rencananya berhasil!
Ki Joon membawa Ah Jung berjalan pulang ke rumah Ah Jung dan menggunakan seribu satu alasan untuk ikut masuk ke dalam rumah. Namun tak berhasil. Dan ketika Ki Joon bertanya secara manis,
|
“Apakah kau tak mempercayai Oppa?” |
Kyaaa…. Oppa? Ah Jung tak dapat menjawab, hanya tergagap menyebut nama Ki Joon. Dan sepertinya hal itu cukup menjadi jawaban ‘iya’ untuk Ki Joon. Ia menarik tangan Ah Jung dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Ki Joon menginspeksi keadaan rumah Ah Jung layaknya ia lakukan pada hotelnya. Dari rak buku yang berdebu, sampai susu yang sudah kadaluwarsa di lemari es. Dari kotak makan yang belum dicuci sampai minuman soju yang ada di lemari es. Kenapa ada soju di lemari es wanita yang hidup sendiri?
Pikiran itu membuat Ki Joon pergi ke kamar tidur Ah Jung dan menginspeksi kamarnya, mencari jejak keberadaan seorang pria. Ah! Ada rambut yang pendek, pasti ini rambut pria. Ah Jung mengatakan rambut itu cukup panjang untuk ukuran rambut seorang pria. Ki Joon menemukan buku harian Ah Jung dan mengambilnya.
Mereka saling memperebutkan buku harian itu, dan sejengkal lebih dekat satu sama lain, jika tak ada telepon untuk Ah Jung yang membicarakan masalah kantor.
Sementara menunggu Ah Jung, Ki Joon menurunkan salah satu lengan bajunya dan dengan senyum menggoda bersandar di pinggir tempat tidur.
Ah Jung yang akhirnya melihat posisi Ki Joon yang menggoda itu hanya dapat mundur teratur dan mengatakan kalau mereka harusnya makan lagi, karena ia sangat lapar. Dan sassy girl itu pun berteriak, karena mereka baru saja makan, apa Ah Jung (sori!) itu babi?
Saat Ah Jung membawa makanan, ia melihat Ki Joon sedang membaca buku hariannya. Mereka memperebutkan lagi, dan mengulang kejadian tadi.
Dan gangguan itu terulang kembali.
Kali ini datang dari ayah yang ingin mengetahui apakah Ah Jung tak keberatan jika ia menikah lagi? Ah Jung pun antusias menjawab iya.
Kalau tak salah, dalam tata bahasa Korea, saat percakapan, Subyek sering tak dimasukkan dalam kalimat. Jadi persetejuan Ah Jung dan permintaan Ah Jung untuk tak menunda pernikahan disalahartikan oleh Ki Joon yang sangat kegirangan mendengarnya. Sampai ia mendengar kata-kata Ah Jung yang menyebutkan,
|
“Ayah, walaupun aku menolakpun, ayah harus segera menikah.” |
Dan balon harapan itu mengempis kembali.
Ki Joon jatuh tertelungkup di tempat tidur dan pura-pura mati. Ah Jung mencolek kaki Ki Joon berulang kali menanyakan apa masalah Ki Joon?
The problem is you, Ah Jung-ah..
Ki Joon bersungut-sungut kalau ayah bahkan akan menikah lebih dahulu daripada dirinya. Kapan dirinya akan menikah?
Well, jika mereka menikah, Ki Joon berjanji ia akan membuatkan sarapan setiap pagi, seperti yang ia lakukan sekarang ini. Ah Jung menyuruh Ki Joon untuk melakukan taktik melamar ini untuk gadis lain saja, karena ia tahu Ki Joon tak akan sempat melakukan hal ini jika mereka menikah nanti.
Ah Jung berangkat bersama Ki Joon yang juga akan berangkat kerja. Hmmh.. sudah seperti suami istri? Bahkan salam perpisahan mereka pun mirip dengan pasangan yang baru saja menikah. Dan mereka menjalani pekerjaan masing-masing.
Hanya saja, pekerjaan Ki Joon selesai terlebih dahulu, dan ia memutuskan untuk mengunjungi museum tempat Ah Jung bekerja dan meminta Ah Jung untuk menjadi pemandunya. Ia bertanya tentang berbagai macam artefak, sampai akhirnya ia melihat spanduk yang bertuliskan Pulau, Bumi dan semangkuk kenangan. Apa artinya itu? Ah Jung menjawab kalau hal itu menandakan tentang bagaimana kita mengembalikan kenangan yang hilang.
|
“Waktu tak akan ada akhir, tak akan meninggalkan jejak. Ruang sangatlah terbatas dan tak meninggalkan bekas.” |
Akhirnya Ki Joon menyadari kalau cinta juga seperti itu. Seseorang harus menemukan kembali kenangan akan cinta. Ia berterima kasih pada Ah Jung yang memberinya kesadaran ini. Ah Jung masih tak mengerti apa yang ia katakan, maka Ki Joon menuliskannya di atas lengan Ah Jung agar Ah Jung tak melupakannya.
Ki Joon bersiap pulang ke Seoul. Ia meminta Ah Jung untuk datang ke Seoul pada akhir bulan ini dan bertemu dengan Tantenya. Ia pun memberikan kotak yang berisi kalung yang dahulu akan ia berikan pada Ah Jung di kamar hobinya dan memintanya untuk memakainya saat mereka bertemu nanti.
Ah Jung tahu apa maksud semua ini, dan berkata kalau ia masih belum siap. Ki Joon menyadari kalau Ah Jung masih belum siap menghadapi semua ini, maka ia memberi waktu pada Ah jung. Saat Ah Jung sudah memakai kalung ini, ia akan tahu kalau Ah Jung siap menikah dengannya.
Saat di bandara, Ki Joon tak diantar oleh Ah Jung. Ah Jung hanya meneleponnya untuk mengantarnya pergi. Ah Jung bertanya, apa yang terjadi jika ia tak datang pada pertemuan akhir bulan dengan Tante? Ki Joon tak ingin memikirkannya, karena ia sudah berjanji pada Tante. Jika Ah Jung tak datang, ia akan marah pada Ah Jung.
Tepat pada akhir bulan, Ah Jung memeriksa kelengkapan artefak yang ada di museum, dan menemukan kalau ada satu guci yang hilang. Ia panik dan bertanya tentang keberadaan guci tersebut. Tapi tak ada yang mengetahuinya. Ah Jung sebagai orang yang memiliki tanggung jawab tentang seluruh artefak dalam museum mulai menelusuri jejaknya. Ia menelepon semua pihak yang berkaitan dengan guci tersebut.
Waktu berjalan semakin cepat, dan tibalah saat pertemuan Tante dan kedua calon mempelai. Namun calon mempelai wanita tak kunjung datang, hanya sebuah telepon dari Ah Jung yang meminta maaf kalau ia ketinggalan pesawat karena ada hal yang amat sangat penting yang membuat ia tak dapat pergi ke bandara saat itu juga. Hal ini membuat Tante marah, dan Ki Joon terdiam di kursinya.
Sepertinya karma menghantam Ki Joon dan kali ini karma memukulnya cukup keras. Yah, setidaknya kali ini Ah Jung memiliki alasan cukup kuat, tak seperti Ki Joon dulu yang mengacuhkan makan malam karena ingin berkencan dengan Ah Jung.
Tapi alasan kuat Ah Jung langsung buyar saat ia menemukan kalau guci itu ternyata hanya berpindah tempat di bagian museum yang lain. Ia menangis lega karena menemukannya kembali.
|
“Aku menemukannya. Kupikir aku kehilangannya, tapi ternyata aku menemukannya.” |
Teman kerja Ah Jung mendengar tangis kelegaan Ah Jung dan memperhatikan kalau sepertinya Ah Jung bukan membicarakan tentang guci yang hilang tapi suatu hal yang lain. Ah Jung pun membenarkannya.
Sesampainya di rumah, Ah Jung menulis surat pada Ki Joon dan meletakkan surat itu sebagai pengganti kalung yang ia ambil dari tempatnya. Ia pun bertemu dengan Ki Joon yang memintanya bertemu di bandara, karena ia akan pergi melalui Jeju untuk sebuah rapat.
Di bandara, Ki Joon bertanya pada Ah Jung apakah ia tak datang, karena ia tak mampu atau tak mau? Ah Jung meminta maaf dan hanya memberikan kotak kalung pada Ki Joon sebagai jawabannya.
Stupid Ah Jung. Sudah tahu Ki Joon sedang marah padanya, kok ya malah memberikan isyarat-isyarat yang tak jelas dengan bahasa sandi yang tak mungkin dimengerti oleh Ki Joon. Memang dia Chae Kyung (Princess Hour)? Atau ingin menjadi Myung Wol?
Ah Jung menunggu-nunggu telepon dari Ki Joon dan heran kenapa sampai sekarang Ki Joon belum meneleponnya? Sederhana. Karena isyarat bersandinya tak dipahami oleh Ki Joon yang marah pada Ah Jung karena mengembalikan kalung dengan kotaknya. Ia meninggalkan kotak itu di laci meja kerjanya tanpa pernah membukanya.
Untungnya Park Hoon menemukan kotak itu saat ia mencari stempel Ki Joon. Saat ia membuka kotak itu, ia melihat ada surat yang bergambar hati, dan memberikannya pada Ki Joon. Ki Joon membaca surat itu, dan terbelalak. Buru-buru ia pergi tak mengacuhkan teriakan Park Hoon.
Surat itu berisi:
“Ki Joon-ssi, aku minta maaf karena tak menepati janji pertemuan kita. Kau benar-benar marah, ya? Walaupun aku sangat menyesal, namun sebagai gantinya aku malah menemukan apa yang selama ini hilang. Seperti yang kau tulis di lenganku saat di museum. Kita bertemu, jatuh cinta dan menjadi takdir yang tak terbayangkan. Itu adalah kenangan yang indah. Dan sekarang aku menemukan kenangan indah itu kembali. Dan aku mampu untuk datang ke hadapanmu. Terima kasih telah menungguku. Aku mencintaimu.”
Di rumahnya, Ah Jung sarapan pagi dengan sarapan yang persis sama dengan yang dibuatkan Ki Joon untuknya. Jelas ia memikirkan Ki Joon walaupun ia mengeluh kalau Ki Joon tak menepati janjinya untuk membuatkan sarapan untuknya setiap hari.
Dan ia tak dapat menyembunyikan kerinduannya pada Ki Joon saat menerima paket yang ternyata berasal dari Ki Joon yang mengirimkannya sebelum mereka bertemu di Bandara untuk yang terakhir kali. Paket itu adalah semangkuk kenangan yang mengingatkannya pada Ki Joon. Mainan-mainan kecil seperti es krim, botol coke, botol jus tomat, perahu bebek dengan dua bebek di atasnya, tiket pertunjukkan music tradisional, amplop berisi uang pengganti biaya rumah sakit, pena berharganya, patung Jeju, dan surat kabar yang memberitakan tentang pengumuman cinta Ki Joon.
Bersamaan dengan itu, Ki Joon meneleponnya dan memintanya untuk bertemu.
Di pinggir pantai, dan saling berpelukan. Ki Joon meminta maaf karena tak mengerti keresahan yang Ah Jung alami. Ah Jung juga meminta maaf karena telah membuat Ki Joon menunggu sekian lama.
Saat itu, terdengar Ah Jung yang berkata pada So Ran kalau ia akan menikah pada musim gugur ini, tapi So Ran tak percaya dan berkata kalau Ah Jung berbohong.
Mereka menutup cerita ini dengan kalimat :
Ah Jung : Cinta seperti sebuah dusta yang datang menghampiriku. Dan dusta itu berubah menjadi cinta
Ki Joon : Setelah kami berubah, kami menyadari kalau kadang kala sebuah dusta tersembunyi dalam suatu kebenaran, yang ternyata lebih indah dari sebuah kenyataan.