Kedatangan Eun Seol yang tiba-tiba ke dalam ruang rapat mengagetkan
semua peserta rapat termasuk Moo Won. Apalagi saat wajah Ji Heon muncul
di layar proyektor, menyapa mereka dan meminta maaf karena
keterlambatannya.
Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi?
Ide ini timbul dari kepala cepol Eun Seol 7 jam yang lalu saat ia sedang
menyikat gigi. Pagi itu ayahnya meneleponnya dengan video call sambil
marah-marah dan bertanya mengapa Eun Seol berada di halaman depan koran?
Eun Seol menjelaskan kalau semua itu hanya kesalahpahaman dan akan
menceritakan hal yang sebenarnya jika sel-sel di otaknya tak bekerja dan
menemukan ide brilian untuk masalah Ji Heon. Ia buru-buru pamit pada
ayahnya dan segera pergi.
Tanpa tedeng aling-aling, Eun Seol menyerbu masuk ke kamar Ji Heon dan
kesal melihat bossnya masih tertidur lelap. Bagaiamana mungkin Ji Heon
bisa tidur sementara ia tak dapat tidur semalaman karena pusing
memikirkan jalan keluar?
Ia membangunkan Ji Heon dengan menarik selimutnya dan terkejut. Celana
pendek pemberiannya dipakai! Ji Heon langsung terbangun karena malu. Eun
Seol mengabaikan rasa malu Ji Heon karena ia sudah pernah melihatnya
sebelumnya. Tak mempedulikan Ji Heon yang berteriak padanya, ia menarik
Ji Heon untuk keluar kamar.
Ji Heon akhirnya keluar rumah dengan pakaian kerja yang masih belum rapi
dan melihat Myung Ran dan sekretaris lamanya telah menunggunya di dalam
mobil. Sekretaris Kim dan Myung Ran menyapanya dengan riang. Belum
sempat Ji Heon memberi sapaan khasnya pada Sekretaris Kim, Eun Seol
menyuruhnya masuk ke dalam mobil karena ia akhirnya menemukan jawaban
untuk masalahnya.
Jawaban itu adalah ia akan memberikan presentasinya dari kantor lain (yang sepi tanpa banyak orang) melalui video call. Ji Heon mencoba
memberikan presentasinya dan puas pada hasilnya. Begitu pula Sekretaris
Kim dan Eun Seol. Myung Ran? Ia tertidur dan saat terbangun menyuruhnya
untuk berbicara dengan penuh kepercayaan diri.
LOL. Eun Seol menggebrak meja dan mengisyaratkan Myung Ran untuk menutup
mulutnya. Eun Seol memuji Ji Heon dan mengobarkan semangatnya dengan
mengatakan kalau presentasi JI Heon seperti Steve Jobs. Cha Steve Jobs.
Tentu saja Eun Seol belum pernah mendengar presentasi Steve Jobs, tapi kata-kata Eun Seol memang membangkitkan semangat Ji Heon.
Hasilnya?
Semua peserta rapat terkejut dengan presentasi Ji Heon, baik cara
mengutarakan maupun materi presentasinya. Ide Ji Heon sangat baik sekali
karena ia menempatkan pesaing dari Taman bermain mereka bukanlah
pesaing konvensional, yaitu Taman bermain yang lain. Tapi pesaing utama
mereka sebenarnya adalah smart phone, gadget untuk nge-game, internet,
dan dunia maya. Jadi Ji Heon menawarkan ide untuk menarik para netizen
kembali ke dunia nyata dan bermain di taman hiburan.
Presdir Cha tak dapat menyembunyikan kegembiraannya pada sosok Ji Heon
yang percaya diri memaparkan presentasinya. Apalagi saat selesai rapat
para stakeholders memuji Ji Heon. Jadi saat kakak iparnya lewat, ia tak
tahan untuk tak menyombongkan Ji Heonnya hari ini. Ibu Moo Won tentu
saja kesal.
Kebetulan ia tersenggol oleh salah satu peserta rapat, dan ia
menggunakan kesempatan ini untuk sekuat tenaga menghunjamkan hak
tingginya ke kaki Presdir Cha.
Presdir Cha menjerit kesakitan dan bertanya mengapa kakak iparnya begitu
kekanak-kanakkan seperti ini? Ibu Moo Won berkata kalau ia memang
seperti ini jadi ayah Ji Heon jangan membuat masalah dengannya lagi.
LOL. Lupakan omongan saya saat mengatakan kalau generasi kedua Cha tak
bertengkar seperti anak-anak mereka. Lebih parah lagi malah..
Ibu Moo Won melampiaskan kekesalannya pada Moo Won. Namun Moo Won yang
seakan tak peduli akan kemarahan ibunya yang sangat malu akan
keberhasilan Ji Heon hari ini. Ia hanya meneruskan pekerjaannya.
Sementara itu Eun Seol berlari dengan riang, tak dapat menyembunyikan
kegembiraan akan sukses yang diraihnya. Ia menemui Ji Heon yang baru
saja keluar dari ruang rapat bersama Sekretaris Kim dan Myung Ran. Ia
memeluk Myung Ran dan Sekretaris Kim, berterimakasih atas kerja keras
mereka.
Dan saat ia memeluk Ji Heon (yang memang sudah bersiap-siap untuk
dipeluk, LOL), ia tak dapat memikirkan kembali apa yang terjadi kemarin
malam. Begitu juga dengan Ji Heon.
Mereka langsung melepaskan pelukan dan Eun Seol dengan canggung meminta
Ji Heon untuk segera ke kantor karena akan ada jamuan. Ji Heon
menolaknya karena tak suka dengan acara seperti itu. Tapi Eun Seol
memintanya datang karena kalau tidak Presdir Cha akan memarahinya.
Mendengar hal itu, Ji Heon langsung menyanggupinya.
Hal ini tak lepas dari pengamatan Sekretaris Kim yang melihat perubahan
Ji Heon, yang dulu memilih membiarkan dirinya dimarahi Presdir Cha
daripada hadir di perjamuan perusahaan.
Hehe.. kalau Ji Heon naksir dirinya mungkin hal itu tak akan terjadi.
Tapi tentu saja acara naksir menaksir itu juga tak akan mungkin terjadi,
kan?
Ji Heon menanyai Eun Seol apakah ia akan datang ke acara itu? Eun Seol
tak dapat datang karena semua sekretaris seniornya akan datang ke acara
tersebut, maka ia sebagai junior-lah yang harus membereskan ruang
meeting. Ji Heon menyuruhnya agar Eun Seol langsung pulang ke rumah
setelah membereskan semuanya.
Myung Ran yang menjawab perintah Ji Heon. Memang siapa dia bisa
menentukan kemana dan apa yang harus dilakukan oleh Eun Seol? Ia hampir
memukul Ji Heon kalau saja Ji Heon tak berkelit menghindarinya.
Namun moodnya sedang bagus dan hanya mendecakkan lidahnya pada Myung Ran.
Eun Seol membereskan ruang meeting dan ia tak dapat menyembunyikan
kegembiraannya melihat layar yang masih belum dimatikan dan teringat
pada Ji Heon yang memberikan presentasinya dengan penuh kepercayaan
diri.
Terlepas dari ketidakpedulian Moo Won akan kemarahan ibunya, ia
sebenarnya sangat kecewa dengan hasil presentasi tadi. Dengan mood yang
jelek, ia keluar dari ruangannya namun terhenti karena ia mendengar
nyanyian nge-rap dari Eun Seol. Ia tak dapat menyembunyikan tawanya
melihat gaya Eun Seol yang hot banget menyanyikan lagu tentang dirinya
sebagai sekretaris yang paling oke.
Setelah sekian lama, akhirnya Eun Seol menyadari kalau ada penonton yang
mengamati penampilannya. Ia kaget melihat Moo Won, tanpa sadar
tangannya yang penuh sabun gemetar memegang piring. Dengan masih ada
senyum di wajahnya, Moo Won meminta maaf karena mengganggu aksi Eun
Seol.
Eun Seol yang gemetar, meletakkan piring di bak cuci agar tak pecah.
Namun karena groginya, ia menggenggam piring itu terlalu erat dan malah
mematahkan piring itu.
Bwahaha…
Moo Won bertanya apakah Eun Seol sudah makan? Jika belum, ia mengajak
Eun Seol untuk makan. Namun jika sudah, ia tetap meminta Eun Seol untuk
makan lagi bersamanya. Eun Seol pun mengiyakannya.
Namun saat di restoran, Moo Won seperti tak ada semangat untuk makan. Ia
juga tak memperhatikan Eun Seol yang bersikap jaim dengan sebelumnya
mengambil sesuap besar spaghetti kemudian menyingkirkan sebagian besar
spaghetti dan hanya menyisakan sedikit untuk dimakannya. Perubahan sikap
Moo Won itu tak lepas dari pengamatannya. Apa ada masalah?
Moo Won bercerita kalau ia baru saja dimarahi oleh seseorang. Jiwa
preman Eun Seol pun muncul dan mengatakan siapa orang yang berani
memarahi Moo Won? Ia akan membalasnya. Namun jiwa itu ciut saat tahu
orang itu adalah ibu Moo Won. Moo Won tertawa melihat Eun Seol yang
salah tingkah, dan memilih untuk curhat pada Eun Seol.
Selama ini ia mencoba menjadi anak baik. Dia sudah melakukan yang
terbaik darinya. Namun sekarang ia tak tahu bagaimana
mempertahankannnya. Eun Seol memberi saran dengan memberikan analogi
tentang dua orang anak. Yang satu selalu pulang tepat waktu. Suatu
ketika saat ia pulang jam 10 malam, anak itu menjadi anak nakal.
Sementara anak lain selalu pulang tengah malam. Dan suatu ketika ia
pulang jam 10 malam, ia akan disambut dengan penuh kasih sayang.
Moo Won mengerti analogi Eun Seol. Ia yang selalu sempurna, saat
melakukan sedikit kesalahan saja ia akan dimarahi sedangkan Ji Heon
hanya perlu melakukan sedikit kesuksesan agar ia mendapat pujian. Eun
Seol setuju walaupun ia tak menyarankan untuk meniru Ji Heon.
Moo Won setuju, tapi ia juga ingin sekali-kali melakukannya. Ia beranjak
pergi dengan antusias. Namun ia berhenti di tengah jalan membuat Eun
Seol menubruknya.
Apa yang harus dilakukannya? Sejujurnya Eun Seol juga tak tahu, karena ia sudah lama tak pernah melakukannya.
Jadi Eun Seol membawa Moo Won ke jalanan umum. Namun Moo Won langsung
ciut dan berbalik menyembunyikan diri, karena bagaimanapun juga ia
sangat dikenal luas di lingkungan bisnis. Dia memiliki reputasi yang
harus dijaga. Eun Seol kemudian membawanya ke tempat bermain (seperti
Time Zone), namun ia juga tetap menolak bahkan menutupi wajahnya. Dengan
alasan yang sama, bahkan ia menambahkan kalau di Twitter orang
menjulukinya dengan Pangeran dunia bisnis.
Bwahaha.. kalo nggak narsis gak eksis, ya Moo Won?
Eun Seol langsung teringat dengan perilaku Ji Heon yang mirip dengan Moo
Won sekarang ini. Ia tak dapat menyembunyikan kegeliannya pada dua
sepupu yang sangat berbeda tapi ternyata memiliki persamaan juga.
Sama-sama tak nyaman berada di tempat umum.
Akhirnya Eun Seol membawanya ke kios kacamata. Dan berbagai kacamatapun
mereka coba. Dari yang lucu sampai paling aneh pun ada. Dengan
menggunakan samaran kacamata, mereka menikmati kehidupan malam Seoul.
Dari menonton musik jalanan, sampai minum bir di tangga sebuah toko.
Tak mereka sadari ada seseorang yang mengambil gambar mereka.
Yang minum-minum ternyata bukan hanya Eun Seol dan Moo Won, tapi juga
ayah Ji Heon. Ji Heon membawa pulang ayahnya yang sudah mabuk, dan
bersama nenek ia membawa ayahnya untuk berbaring di kamar.
Ayah mabuk karena tak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Dan ayah Ji
Heon kalau mabuk, mabuknya lucu-lucu ngeselin. Ia mengaku belum mabuk
pada nenek dan menguji cobanya dengan menyemburkan nafasnya pada nenek
(yang naga banget!). Ia juga sudah tak peduli dengan urusan Eun Seol dan
Sekretaris Kim (yang mengakibatkan ayah mendapat hukuman pelayanan
masyarakat) dan menyerahkannya pada Ji Heon. Ji Heon menyanggupi namun
mengingatkan ayah agar tak melupakannya saat ia sadar nanti.
“Jika aku seperti itu, maka aku akan menjadi anakmu!”
Bwahaha.. tak pernah ada penyesalan di kamus orang mabuk. Waktu sadar sih iya..
Ji Heon menerima dengan senang hati. Tinggal nenek yang mengeluh akan
kelakuan anaknya yang seperti ini. Ia melepas jas dan kaos kaki ayah Ji
Heon yang menurut seperti anak kecil. Ia tak dapat menyembunyikan
kekagetannya akan lebam yang muncul di kaki ayah Ji Heon.
Ayah Ji Heon mengaku kalau semua itu adalah ulah kakak iparnya. Dan ia
merasa kalau Moo Won sebenarnya menyukainya, hanya karena rasa sayang
pada ibunyalah yang membuat ia bersikap seolah-olah membencinya.
Bagaimanapun juga nenek tetap memikirkan Moo Won yang mungkin sekarang
sedang menangis seperti anak kecil.
Perkiraan nenek sedikit benar, hanya saja Moo Won tidak menangis namun
mabuk seperti ayah Ji Heon. Ji Heon yang sudah berada di tempat tidur,
ragu-ragu untuk menelepon Eun Seol. Ia mencoba mengirim SMS tapi malah
menghapusnya.
Dan ia sangat senang sekali saat mendengar dering telepon dari Eun Seol.
Nada suaranya terdengar tak peduli saat menjawab panggilannya. Tapi hal
itu berubah 180 derajat saat mendengar Eun Seol sekarang bersama dengan
Moo Won yang mabuk.
Sesampainya di lokasi, ia menjerit melihat Moo Won menepuk-nepuk kepala Eun Seol, dan Eun Seol pun tak menampiknya.
Ji Heon: “Kepala No Eun Seol adalah milikku!” |
LOL, sejak kapan?
Moo Won menyambut kedatangan sepupunya dan memintanya untuk kembali. Ji
Heon kesal dan memukuli Moo Won. Lucunya, ia tak sanggup memukul
benar-benar dan hanya memukuli udara di atas kepala Moo Won dan kemudian
menepuk lututnya. Hihihi.. Pelampiasan kekesalan Ji Heon lucu sekali.
Ji Heon malah menyalahkan Eun Seol yang tak menuruti perintahnya untuk
langsung pulang ke rumah. Apa Eun Seol berniat menggoda Moo Won? Belum
sempat Eun Seol menjelaskan yang sebenarnya, mereka dikejutkan oleh Moo
Won yang muntah.
Akhirnya Ji Heon membawa Moo Won ke rumahnya, dan ibunya mengomeli Ji
Heon yang disangkat telah meracuni anaknya hingga melakukan hal-hal yang
tak baik. Ji Heon tak menanggapi omelan ibu Moo Won dan menganggap itu
adalah cara berterima kasih ibu Moo Won. Ia meminta ibu Moo Won agar
menyampaikan pesannya untuk tak mengincar barang milik orang lain. Ia
tak akan membiarkannya terjadi, atau kalau tidak Moo Won akan mati di
tangannya.
LOL, si dramaqueen kembali lagi. Dan sejak kapan Eun Seol menjadi barang bukan manusia?
Ibu Moo Won kaget dengan sikap Ji Heon. Tapi ia juga kaget dengan Moo Won-nya yang sekarang tertidur karena mabuk.
Si Dramaqueen sekarang melampiaskan kekesalannya pada Eun Seol yang
masih menunggunya di dalam mobil? Kenapa masih belum pulang juga? Ji
Heon mengatainya tak punya harga diri. Tapi Eun Seol tak mengambil hati
ucapan Ji Heon. Ia berkata kalau ia sekarang sedang menghemat uang taksi
dan ia ingin menyimpan uangnya untuk membeli sesuatu.
Ji Heon tak berkata-kata lagi, dan mengantarkan Eun Seol pulang. Tapi ia
tak membiarkan Eun Seol pulang dengan tenang. Saat Eun Seol menaikkan
kaca jendela, Ji heon menaikkannya kembali. Terjadilah adu kekuatan
antara mereka berdua yang dimenangkan oleh Ji Heon yang akhirnya
mengunci jendela itu hingga tetap terbuka.
Hasilnya? Rambut Eun Seol mencuat seperti burung bul-bul.
Ji Heon pura-pura merasa tak bersalah melihat Eun Seol yang cemberut. Ia
malah menyuruh Eun Seol bersyukur karena ia masih mau mengantarkan Eun
Seol yang tak pernah mendengarkan perintahnya dan mengkhianatinya. Eun
Seol pun membalasnya dengan mengatakan kalau wajahnya seperti ini adalah
ucapan terima kasihnya.
Eun Seol keluar dari mobil yang diikuti oleh Ji Heon. Ji Heon memburunya
dengan berbagai pertanyaan: apakah Eun Seol berencana untuk ekat dengan
Moo Won? Apa ia menyukai Moo Won?
Eun Seol yang ingin menutup mata menghadapi kenyataan yang mungkin
terjadi tapi sekarang tak tahan lagi. Dengan lugas ia bertanya, apakah
Ji Heon menyukainya? Ji Heon bertanya balik, apa ia sudah gila? Menyukai
Eun Seol yang jelek, selalu berantakan, ia tak tahu bagaimana bisa
menyukai Eun Seol. Jadi jawabannya adalah searang ia pasti sedang gila
karena ia menyukai Eun Seol.
Dan Ji Heon meminta Eun Seul untuk menjawabnya sekarang. Jantung Eun
Seol berdetak kencang, dan ia memegang dadanya seolah menenangkannya dan
menjawab kalau ia meminta agar Ji Heon mengembalikan kewarasannya
secepat mungkin.
Ji Heon tak terima dengan jawaban itu. Ia mengejar Eun Seol yang berlalu
pergi dan bertanya bagaimana mungkin Eun Seol tega melukai perasaannya.
Apakah ia tak punya hati?
“Jika aku tak dapat menerima hatimu, maka akan lebih baik jika aku menginjaknya.” |
Ia memberikan alasannya. Pertama (Ji Heon: “Haah? Alasannya lebih dar
satu?”) Ia tak mau orang berpikir kalau dirinya adalah sekretaris yang
menggoda bossnya. Jika ia berhasilpun dalam pekerjaannya, orang akan
tetap meremehkannya. Begitu juga dengan pandangan orang pada Ji Heon.
Dan kedua, jika Presdir Cha mengetahui Ji Heon menyukai gadis seperti
dirinya, walaupun sekarang Presdir Cha menyukainya, ia akan menguburnya
dalam-dalam di Samudra Pasifik. Ji Heon bertanya, apakah Eun Seol takut
pada ayahnya? Eun Seol menjawab tidak. Tapia da alasan yang ketiga, ia
memang menyukai Ji Heon, tapi sukanya terbatas pada hubungan atasan dan
bawahan. Tak lebih dari itu.
Jadi jika semua alasan itu digabung, hubungan mereka sekarang ini adalah
yang paling tepat. Ji Heon tak mengatakan apapun. Ia hanya
menggigit-gigit kukunya. Eun Seol minta maaf karena ia lebih
mengkhawatirkan kelangsungan pekerjaannya di kantor dan ia tak mau
kehilangan kartu karyawannya. Ia meminta Ji Heon untuk melihat betapa
egois dirinya dan menjadi kembali waras.
Tapi Ji Heon tak mau mengembalikan kewarasannya. Jadi apakah Eun Seol
harus keluar kerja? Ji Heon terkejut tak percaya karena Eun Seol
mengancamnya. Eun Seol membenarkan kalau ia memang mengancam Ji Heon. Ji
Heon panik dan berkata kalau ia akan memikirkannya lagi, asal Eun Seol
tak mengancam akan keluar. Hatinya akan terasa diremas-remas jika Eun
Seol melakukan hal itu lagi.
Eun Seol berterima kasih dan meminta Ji Heon agar memikirkan kembali
semuanya. Kewarasannya harus kembali. Eun Seol berbalik dan meninggalkan
Ji Heon yang bolak-balik ingin mengejar Eun Seol tapi selalu
diurungkannya.
Sampai ketika Eun Seol menghilang dari pandangannya, akhirnya Ji Heon
jongkok terduduk dengan perasaan galau. Ia memegang hatinya seolah ingin
menenangkannya. Akhirnya Ji Heon menghela nafas panjang untuk meredakan
hatinya yang sekarang sedang patah.
Apakah Eun Seol memang tak memiliki perasaan pada Ji Heon? Di rumah ia bertanya pada Myung Ran, apa
yang harus ia lakukan pada Ji Heon? Ia memeluk Myung Ran dengan
perasaan galau. Myung Ran hanya dapat membalas pelukannya. Namun ia
mengungkapkan jika ia menjadi Eun Seol, ia akan menerima cinta Ji Heon.
Dan bagaimana dengan Ji Heon? Ia memang patah hati. Dan kesal. Ia
melampiaskan kekesalannya dengan melempar paser ke gambar Eun Seol.
Ia hanya berpura-pura kalau ia akan mempertimbangkan keputusannya.
Sebaliknya, ia yang akan membuat Eun Seol untuk mempertimbangkan
putusannya sendiri. Dan ia pun menempelkan hansaplast ke seluruh
luka-luka bekas jarum paser yang ada di seluruh gambar Eun Seol.
Aww.. so cute.
Keesokan harinya Moo Won terbangun dengan ingatan akan dirinya
menepuk-nepuk kepala Eun Seol dan muntah di hadapan Ji Heon. Ia
mendesah, dan menyembunyikan dirinya dalam selimut. Sepertinya Moo Won
tak pernah menunjukkan kelemahannya di depan orang lain.
Ibu Moo Won menyiapkan sarapan untuknya dan meminta maaf karena telah
memarahinya sebagai pengganti amarahnya ke Presdir Cha. Ia juga meminta
agar Ji Heon tak melakukan perbuatannya yang kemarin. Moo Won pun
mengiyakannya.
Ji Heon dan Eun Seol memiliki pikiran yang sama untuk membuat pihak lain
mempertimbangkan keputusan (untuk naksir atau tak naksir). Ji Heon
berdandan sekeren mungkin dan Eun Seol menjadi itik buruk rupa. Setiap
hari Ji Heon memilih dandanan yang paling keren (menurut Ji Heon) dan
Eun Seol berpenampilan yang akan membuat orang memicingkan mata (gaya
bangun tidur yang belum keramas sampai gaya premannya saat SMA).
Dan bagaimana kabar Moo Won? Ia bersikap acuh pada Ji Heon dan Eun Seol.
Tapi tetap usil. Karena saat berpapasan sapaan yang diberikan bukannya
‘apa kabar?’ malah menyentil kacamata Ji Heon ke atas (untung Ji Heon
langsung menangkapnya).
Presdir Cha sangat puas dengan ide yang dipresentasikan oleh Ji Heon.
Respon yang datang pun juga memuaskan. Ia menyuruh sekretarisnya untuk
mempublikasikan kinerja Ji Heon di media massa dengan foto yang paling
besar. Dan sedikit berita yang sedikit hiperbola juga tak masalah.
Ternyata ibu Moo Won pun juga melakukan hal yang sama. Hasilnya?
Moo Won dan Ji Heon sama-sama muncul di surat kabar yang sama di hari
yang sama pula. Namun foto dan berita Moo Won jauh lebih besar daripada
Ji Heon. Presdir Cha kesal setengah mati melihatnya. Ia melemparkan
tantrum dengan menghujat saudara iparnya sebagai serigala licik dan
menendang-nendang kursi mobil yang diduduki oleh sekretarisnya.
LOL.
Sekretaris Kim berterima kasih pada Ji Heon karena ia dapat bekerja
kembali pada Ji Heon. Walaupun ia sedikit mengeluh karena bekerja pada
Ji Heon, ia harus berbicara formal pada Ji Heon yang telah dianggapnya
teman. Maka Ji Heon mengusulkan agar Sekretaris Kim tak bekerja lagi
padanya sehingga Sekretaris Kim dapat berbicara informal padanya. Hehe..
Saat Eun Seol datang, ia dengan jelas mengatakan pada Sekretaris Kim
agar menangani proyek online “Smart Working” sendiri karena ia saat ini
akan berhenti bekerja. Eun Seol yang tahu maksud Ji Heon, langsung
meminta waktu bicara empat mata.
Eun Seol mengatakan kalau kelakuan Ji Heon sangat menyebalkan. Ji Heon
tahu itu, tapi ia tahu kalau ancaman Eun Seol untuk mengundurkan diri
juga pura-pura, karena pekerjaan ini sangatlah penting bagi Eun Seol.
Jadi kali ini ia yang akan mengancam Eun Seol.
“Sebelum No Eun Seol menjadi gila, aku tak mau bekerja dan menjadikanmu karyawan tetap!” |
Ancaman itu membuat Eun Seol mengangkat kepalan tangannya ingin memukul
Ji Heon, membuat Ji Heon sedikit mundur. Tapi niatnya tak akan mundur.
Kenapa? Karena sekretarisnya ini paling benci melihatnya tak bekerja.
Eun Seol pun hanya bisa mengepalkan tinjunya putus asa.
Sementara itu Sekretaris Kim yang meninggalkan ruangan Ji Heon dan
bertemu dengan orang terakhir yang ingin ditemuinya. Presdir Cha.
Presdir Cha teringat pada Sekretaris Kim, orang yang membocorkan aksi
premannya. Ia pun mengejar Sekretaris Kim, namun terlambat sepersekian
detik karena Sekretaris Kim berhasil meloloskan diri masuk ke dalam
lift.
Ji Heon mengingatkan ayah akan ucapannya saat mabuk dulu. Urusan Eun
Seol dan Sekretaris Kim diserahkan sepenuhnya padanya, kalau tidak
Presdir Cha akan menjadi anak Ji Heon. Ayah hampir marah mendengarnya,
namun ada lagi ucapan Ji Heon yang membuatnya panas.
Ji Heon, yang teringat ucapan Eun Seol akan kriteria Bos yang baik,
berencana membayar pajak penuh dengan nilai yang sebenarnya. Ayah
menganggap niat Ji Heon mengada-ada. Apa Ji Heon tak takut akan
kelangsungan nilai saham perusahaannya? Tapi niat Ji Heon sudah bulat
karena ia tak ingin duduk di kursi roda berpura-pura sakit untuk
menghindari pemeriksaan.
Ayah menganggap ucapan Ji Heon itu menyindirnya. Ia sudah hampir marah lagi, namun Ji Heon memberikan bom yang ketiga.
Ia berencana akan cuti sementara waktu untuk mengisi ulang dirinya
kembali. Sekarang ayah benar-benar tak dapat mengendalikan kemarahannya.
Bagaimana mungkin Ji Heon ingin cuti hanya karena telah melakukan
pekerjaan yang sepele? Tapi Ji Heon dengan senyum, meyakinkan ayahnya
kalau ia akan melakukan sesuatu yang sangat penting baginya.
Dan iapun kabur meninggalkan ayah yang mendadak kumat pusingnya melihat aksi Ji Heon.
Manager Park, yang tadi ikut meeting dengan Ji Heon – Presdir Cha,
melaporkan semuanya pada ibu Moo Won dalam sebuah pertemuan rahasia. Ia
juga memberikan informasi kepemilikan saham Presdir Cha. Ibu Moo Won
heran kenapa nilai saham mereka terus naik. Sama seperti anggapan
Presdir Cha padanya, Ibu Moo Won pun juga menganggap saudara iparnya itu
serigala yang licik.
Dan tiba-tiba ia meminta mobilnya berhenti karena ia melihat serigala
dan ingin memukulnya. Ibu Moo Won dan Manager Park pun turun dari mobil.
Dengan penuh nafsu, ibu Moo Won mulai memainkan mesin pukul memukul
yang mirip di Time Zone, sambil berkata “Aku akan membunuhmu! (POK!!)
Seperti ini!! (POK!!)”
Hanya saja Manager Park mengingatkan kalau binatang yang dipukul
bukanlah serigala, melainkan tikus tanah. Tapi ibu Moo Won tak pedul, ia
terus memukuli serigala itu dengan semangat yang tinggi.
Sementara itu ada orang yang mengambil foto lagi. Kali ini korbannya
adalah ayah Eun Seol yang sedang mengumpulkan jamur di hutan. Ternyata
orang itu suruhan dari ibu Na Yoon yang ingin mengetahui latar belakang
keluarga Eun Seol. Ia memberikan foto-foto itu pada Na Yoon yang
langsung meminta ibunya untuk menghentikan aksi mata-matanya ini.
Apalagi menunjukkan pada ibu Moo Won ataupun ayah Ji Heon karena hal ini
akan membuatnya tampak menyedihkan.
Ibu tetap menolaknya dan tetap ingin pergi menemui ibu Moo Won, membuat
Na Yoon panik dan tak sengaja memiting tangan ibunya, membuat ibu
berteriak kesakitan. Na Yoon langsung melepaskan dan meminta maaf karena
akhir-akhir ini ia ikut latihan beladiri. Saat ibu tanya kenapa, Na
Yoon menjawab kalau dunia sekarang sudah tak aman dan dia harus mulai
bisa menjaga diri.
Apa yang membuatnya berpikir seperti itu? Tak lain adalah pengalamannya
ditimpuk kaleng kosong oleh Eun Seol. Heheh.. Na Yoon mengatakan kalau
ia akan mengatasi masalahnya sendiri.
Caranya?
Ia menemui Eun Seol dan mengatakan niatnya untuk kembali pada Ji Heon,
karena yang ia rasakan bukanlah karena pernikahan yang dijodohkan tapi
karena ia memang suka pada Ji Heon. Eun Seol lega mendengarnya. Ia tak
bisa berjanji tak akan menemui Ji Heon karena ia adalah sekretarisnya.
Tapi ia berjanji akan menghindari Ji Heon untuk urusan pribadi. Na Yoon
menawarkan untuk memberikan pekerjaan lain padanya, tapi Eun Seol
menolak.
Ia tak ingin dianggap mendompleng dan melakukan nepotisme jika ia
menerima pekerjaan Na Yoon. Tentunya Na Yoon juga memiliki perasaan
seperti itu kan, karena ia adalah generasi kedua atau ketiga dari
keluarga yang berpengaruh. Na Yoon tersinggung mendengarnya, karena ia
merasa meraih kesuksesan itu sendiri bukan karena keluarganya.
Kemudian Na Yoon menemui ayah Ji Heon yang sedang melakukan pelayanan
masyarakat. Ia bersikap manis dengan menyarankan ayah agar menyuruh
orang lain untuk menggantikannya. Tapi hak itu malah membuat ayah marah.
Apalagi ia masih belum melupakan kelakuan Na Yoon dahulu pergi tanpa
meninggalkan pesan dan karenanya, Ji Heon.. Ayah tak sanggup meneruskan
kata-katanya.
Ia mengakui kalau peristiwa itu adalah tak disengaja dan bukan salah Na
Yoon. Na Yoon mengakui kalau saat itu ia juga bersalah, ia pun juga
menderita merasakan akibatnya. Tapi ia berjanji akan melakukan lebih
baik mulai sekarang.
Ayah berjanji kalau ia tak akan mencampuri urusan Ji Heon lagi. Na Yoon
tak mau menyerah begitu saja. Ia mulai mengungkit masalah Eun Seol yang
menjadi Sekretaris Ji Heon, apa kata orang jika pria dan wanita selalu
berdua-dua. Hal ini malah membuat ayah marah dan memberitahu kalau pria
tak suka jika Na Yoon ikut campur urusan kerja. Dan ayah malah mengusir
Na Yoon yang mengganggu pekerjaan pelayanan masyarakatnya.
Malamnya, Eun Seol membicarakan Na Yoon yang disebutnya gadis es krim
yang kemungkinan disukai oleh Moo Neu Nim atau Dewa Moo, panggilan Eun
Seol pada Moo Won. Jika saja gadis es krim tak menyukai Ji Heon, ia akan
mendukung gadis es krim 100 %.
Myung Ran pun menggambarkan secara karikatur hubungan mereka di
awang-awang, dengan Moo Won menyukai Na Yoon, Na Yoon menyukai Ji Heon
dan Ji Heon menyukai Eun Seol. Jika Eun Seol menyukai Moo Won, -Myung
Ran menghubungkan gambar Moo Won dan Eun Seol- hubungan cinta mereka
akan menjadi cinta segiempat yang sempurna.
Tapi Eun Seol buru-buru menangkap tangan Myung Ran dan mengatakan kalau ia hanya menyukai dirinya sendiri.
Bwahaha.. Tapi setelah mengatakan hal itu, bayangan Ji Heon malah muncul di benaknya.
Mungkin kata-kata Na Yoon mengena pada Presdir Cha, karena keesokan
harinya ia memanggil Eun Seol untuk memastikan hubungan Eun Seol dengan
Ji Heon. Saat tahu kalau hubungan mereka bukan seperti yang ia pikirkan,
Presdir Cha lega. Ia meminta Eun Seol untuk terus membantunya dan
menegaskan kalau sekarang ini adalah saat-saat penting bagi mereka.
Karena jika Eun Seol berhasil membuat Ji Heon sukses, Eun Seol dapat
memperoleh promosi besar-besaran yang hanya Presdir Cha yang mampu
melakukannya. Namun jika hasilnya sebaliknya, maka Eun Seol akan
diberhentikan saat kontraknya berakhir.
Presdir Cha meminta bantuan Eun Seol bukan hanya untuk Ji Heon saja,
tapi juga demi dirinya sendiri yang sudah dibuat gila oleh Ji Heon. Dan
hitung-hitung, Presdir Cha minta bantuan ini sebagai ganti rugi
pelayanan masyarakat yang selama ini ia lakukan. Ia percaya kalau Eun
Seol mampu membantu Ji Heon untuk menjadi sukses. Ia akan mempercayai
Eun Seol.
Kata-kata Presdir Cha sangat membekas dan ia mendesah seperti membawa
beban berat. Moo Won melihatnya berlalu, dan berniat untuk mengejarnya.
Tapi ia menggelengkan kepala seakan ingin mengurungkan niat itu dan
pergi berlawanan arah dengan Eun Seol.
Sekretarisnya menanyakan kelanjutan rencana Moo Won untuk menggunakan
Eun Seol menjadi mata-matanya, tapi Moo Won mengatakan rencana itu sudah
gagal sejak dulu.
Eun Seol masih memikirkan ucapan Presdir Cha dalam perjalanan pulangnya
di dalam bis. Tiba-tiba seorang pria berdiri di belakangnya dan mulai
melakukan pelecehan padanya. Ia langsung menyikut pria itu sehingga pria
itu langsung jatuh tersungkur.
Sementara itu Ji Heon menepati kata-katanya. Ia sedang bermalas-malasan
di rumahnya, namun hal ini tak membuatnya senang karena ia kangen pada
Eun Seol. Tiba-tiba ia mendapat telepon dari Myung Ran.
Ternyata Myung Ran meneleponnya karena Eun Seol sedang ada di kantor
polisi karena kasus pemukulan yang baru saja ia lakukan. Myung Ran
meminta damai saja, tapi Eun Seol tak mau karena mereka tak mampu
membayarnya. Tapi ada orang yang sanggup. Dan orang itu sekarang berlari
sambil berteriak,
“Siapa yang berani memegang pantat Eun Seol-ku?” |
Bwahaha.. Eun Seol saja malu mendengarnya.
Di luar pria itu berterima kasih karena mendapat uang ganti rugi yang
sangat besar. Tapi Ji Heon mengatakan kalau sekarang ini tak ada makan
siang yang gratis. Uang sebesar itu diberikan karena ia juga akan
menghajarnya.
Ji Heon melayangkan pukulan ke pria itu, tapi pria itu berhasil bangun
dan membalasnya. Eun Seol yang tak terima, kembali melayangkan tinjunya
pada pria itu. Dan kali ini pria itu tersungkur jatuh untuk kedua
kalinya.
Ji Heon dan Myung Ran menatap Eun Seol kagum.
Akhirnya Ji Heon dan Eun Seol bicara empat mata lagi. Mengenai perasaan
Ji Heon, Eun Seol akan mempertimbangkan kembali, jadi ia minta agar Ji
Heon kembali bekerja. Dengan riang, Ji Heon menyanggupinya.
Tapi sesuai permintaan ayah Ji Heon yang ingin membuat Ji Heon menjadi
orang sukses, Eun Seol akan mereformasi Ji Heon, termasuk sindrom panik
saat bicara di depan public. Dan pekerjaan itu bukan hal yang ringan
bagi Ji Heon. Apa Ji Heon bersedia?
Tentu saja, dengan semangat tinggi Ji Heon tetap menyanggupinya. Eun
Seol yang mencoba untuk menggoyahkan kemauan Ji Heon mengatakan kalau ia
tak akan bersikap lunak pada Ji Heon. Tapi, Ji Heon tetap bersedia
melakukannya, membuat Eun Seol menggerutu kesal.
Hehe.. sepertinya siksaan apapun yang diberikan Eun Seol akan diterima
Ji Heon dengan senang hati asal Eun Seol mempertimbangkan perasaannya
kembali.
Nenek kembali kehilangan barang miliknya. Jika dulu yang hilang adalah
sepatunya, sekarang adalah mobilnya. Dan kali ini sepertinya nenek sudah
dapat menduga siapa yang mengambil mobilnya itu.
Orang itu sekarang sedang menyetir mobil nenek dan bergoyang riang
mengikuti irama music. Ji Heon juga menelepon Moo Won dan dengan sedikit
sombong mengatakan kalau sebentar lagi ia akan sibuk karena ia akan
bekerja bersama dengan Eun Seol. Jadi ia memperingatkan Moo Won agar
jangan dekat-dekat dengan Eun Seol dan menganiaya Eun Seol lagi.
LOL, Moo Won literally rolls his eyes hearing his childish and ridiculous command.
Ji Heon menemui Eun Seol dan Myung Ran yang baru saja pulang jogging.
Myung Ran tak dapat meyembunyikan kekesalannya karena mereka bertemu
lagi setelah satu jam yang lalu bertemu.
Hehe, saya pikir Ji Heon menemui Eun Seol lagi esok harinya atau kapan,
tapi ternyata satu jam lagi. Ji Heon benar-benar bertindak cepat juga..
Tapi kekesalan Myung Ran berakhir sedemikian cepat karena Ji Heon
melemparkan kunci mobil (neneknya) pada Eun Seol. Ia menyuruh Eun Seol
memakainya dan menyuruhnya datang kapanpun ia meminta. Dan Myung Ran tak
boleh menaikinya karena mobil ini murni untuk pekerjaan saja.
Myung Ran mencibir karena Ji Heon tak tahu aturan mainnya. Kalau Ji Heon
tak berbaik-baik padanya, maka Ji Heon sendiri yang rugi. Ji Heon pun
mengalah.
Tapi Eun Seol yang tak mau mobil itu. Ia mengembalikan kunci mobil itu
dan mengatakan kalau ia lebih suka naik kendaraan umum. Tapi Ji Heon
mengkhawatirkan Eun Seol yang selalu mendapat masalah di luar seperti
kejadian di bus sampai kehilangan sepatu. Myung Ran yang tak mau
kehilangan mobil itu kemudian mengambil kunci itu namun ditahan oleh Eun
Seol. Mereka bertengkar terus sampai akhirnya Ji Heon berteriak meminta
mereka berhenti bertengkar.
Kesempatan itu dipakai Myung Ran untuk mengambil kunci itu. Ji Heon
tersenyum melihatnya. Ia bertanya apakah rencana reformasi dirinya sudah
siap, karena ia sudah siap. Eun Seol mengatakan belum siap karena ia
masih harus mempelajari penyakit Ji Heon. Ji Heon kemudian meminta agar
diantar pulang ke rumah.
Saat sampai di depan rumah Ji Heon, Eun Seol mengembalikan kunci
mobilnya pada Ji Heon. Tapi Ji Heon menawarkan Eun Seol untuk mampir
dulu ke rumah karena ia memiliki bahan-bahan yang diperlukan Eun Seol
untuk menyembuhkan penyakit panik di depan umum.
Sementara itu ibu Na Yoon menemui ibu Moo Won. Namun sikap dinginnya tak
luput dari pengamatan ibu Moo Won. Maka ibu Na Yoon menyerahkan
foto-foto yang telah ia kumpulkan dan mengatakan kalau ia tak tahu
tentang hubungan Moo Won dan gadis lain. Tapi ibu Moo Won malah tertarik
pada foto Ji Heon yang sedang memukul pria yang melecehkan Eun Seol,
dan ia tersenyum seperti mendapat ide.
Na Yoon menemui Moo Won dan memberikan foto-foto yang diberikan ibunya. Ia juga memperingatkan
kalau ibunya mungkin akan menunjukkan foto-foto itu pada ibu Moo Won.
Walaupun ia merasa sepertinya Eun Seol berbohong tentang bisnis
keluarganya yang ada di gunung. Moo Won mengatakan kalau Na Yoon salah
mengartikan ucapan Eun Seol.
Na Yoon kesal dan mengatakan kalau ia memang selalu salah. Bahkan ia
merasa menjadi bola yang ditendang kesana kemari untuk kesenangan orang
lain. Moo Won mengatakan kalau
ia tak pernah menganggap Na Yoon seperti itu. Tapi Na Yoon mengingatkan
kalau Moo Won juga menendangnya saat Moo Won menolak keinginan keluarga
mereka untuk menjodohkan mereka.
Moo Won mengingatkan kalau ia bukan menolak Na Yoon, tapi ia menolak
pernikahan yang tanpa cinta. Jika Na Yoon mau menikah dengan hati, ia
akan mempertimbankan kembali. Na Yoon agak terkesima dengan pengakuan
Moo Won, antara percaya dan tak percaya.
Sementara itu Ji Heon memberikan setumpuk buku tentang penyakitnya. Eun
Seol tak tahu harus bagaimana untuk membawanya pulang. Ji Heon
menyarankan agar mengambilnya sedikit demi sedikit atau datang ke
rumahnya setiap hari untuk membacanya. Atau ia akan membacakan untuk Eun
Seol saja?
Eun Seol mengatakan kalau Ji Heon sudah membaca semua, mengapa
penyakitnya tak bisa disembuhkan? Ji Heon menjelaskan kalau tak mudah
baginya untuk menyembuhkan penyakit itu. Maka ia berniat untuk
menunjukkannya.
Moo Won mengantarkan Na Yoon pulang. Na Yoon menangis, tak tahu apa yang
harus ia lakukan dengan perasaannya. Moo Won mengatakan kalau mereka
berdua memiliki kesulitan untuk menentukan pasangan hidup mereka. Namun
ia mengatakan kalau Na Yoon sudah siap untuk melepaskan perasaannya, Na
Yoon dapat datang menemuinya. Moo Won menyentuh pipi Na Yoon dan
mendekat untuk menciumnya.
Sementara itu Ji Heon menunjukkan beberapa poin yang ada dibuku, membuat
Eun Seol mengerti. Dan melihat Eun Seol berada di sampingnya, membuat
Ji Heon tak kuasa untuk mendekatkan dirinya pada Eun Seol dan
menciumnya.
Sumber : www.kutudrama.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar